Sabtu, 12 Maret 2011

Awas! Engkau Sedang Diawasi

Malam telah melabuhkan tirainya. Separuh malam yang pertama telah berlalu. Sementara aku masih berguling-guling di atas kasurku yang empuk setelah bekerja seharian yang melelahkan. Tiba-tiba terlintaslah bisikan di dalam diriku, sebuah suara menyentakkan dari lubuk hatiku yang dalam… Awas, engkau sedang diawasi!


Jelasnya suara itu mengagetkanku. Aku habiskan waktu di atas pembaringan untuk berbagai fikiran. Akupun bingung dan bimbang. Aku berusaha untuk memegangi tali temali tidur yang lemah. Aku berbalik tidur pada sisi tubuh yang lain, tapi tiba-tiba bisikan-bisikan hati terlintas silih berganti. Suara hati menyeruak di malam yang gelap gulita, "Engkau sedang diawasi." Akupun memutar ulang kaset kehidupanku secara seksama. Aku perhatikan hidupku yang kemarin, ternyata aku dapati diriku tidak melakukan kegiatan apapun yang mengisyaratkan kebimbangan dan keraguan. Akupun bukan termasuk orang yang berhak untuk dimata-matai.
Aku melihat lembaran-lembaran kehidupanku pada hari itu dengan detil. Akupun memperhatikannya dengan seksama. Ternyata kehidupanku pada hari itu hanyalah sebuah majelis tempat aku berkumpul dengan istri, kemudian bersama kawan-kawan di sore hari yang tidak menghasilkan apa-apa untuk berbagai urusan yang layak membuatku di bawah pengawasan!!
Akupun kembali pada lembaran kehidupanku pada setahun yang lalu. Ternyata aku dapati diriku termasuk rakyat jelata, yang tidak memiliki apa-apa. Seluruh perhatianku tercurah untuk penghidupanku, berbagai urusan, dan mencari sesuap nasi untuk menyambung hidup. Akupun membalik lembar-lembar kehidupanku pada tahun-tahun yang telah lalu hingga sampai pada masa perkuliahanku di perguruan tinggi. Akupun dihinggapi keraguan, barangkali aku berucap dan berbicara.
Malamku semakin panjang dengan memutar ulang perjalanan hidupku yang panjang. Tidurpun telah terkalahkan, rasa kantuk jadi hilang, hingga pergumulan itu berakhir sesaat menjelang fajar. Akupun tertidur dengan tidur yang tidak tenang. Aku mulai melihat mimpi yang datang silih berganti dalam alam khayalku. Akhirnya, aku dalam keadaan terikat di sebuah kamar asing di bawah interogasi. Tubuhku merasakan sebagian pengaruh (siksaan)nya. Akupun tersadar dengan tiba-tiba oleh suara sang algojo yang menghentakkan, "Mengakulah!"
Aku melemparkan selimutku, kemudian meloncat dari pembaringan dan berdiri di atas kedua kakiku. Aku rasakan tubuhku, dan kuperhatikan tempat dimana sekarang aku berada. Ternyata aku berada di dalam kamarku, sementara kedua tanganku bebas, tidak ada bekas rantai dan belenggu! Diam, dengarkan…! Ternyata ketenangan menyelimuti tempatku dengan cahaya tersembunyi yang mengajak untuk tidur kembali, akan tetapi suara hati terus menemaniku hingga subuh, "Engkau sedang diawasi!"
Aku bangun dengan segera. Memutar kunci mobil dan bertolak di antara ratusan kelompok manusia yang menuju ke pekerjaan mereka. Akupun melaju di jalan terdekat sebagaimana kebiasaanku. Saat lampu merah menghentikanku, aku perhatikan warnanya ternyata warna tersebut melihatku dengan pandangan kebencian, penipuan dan pandangan aneh… Hati-hati terhadap orang yang berada di belakangmu, serta lihat orang yang berada di sebelah kananmu! Akupun memperhatikan berbagai mobil yang bermacam-macam, akan tetapi salah satu di antara mereka tegak di tempat duduknya saat melihat diriku… Tiba-tiba suara hatiku berdering memberikan peringatan, "Awas, jangan-jangan dia… Engkau diawasi!"
Aku masuk ke kantorku. Kuucapkan salam kepada kawan-kawan dan mereka mengangkat suara mereka tidak seperti biasanya. Tidakkah engkau mendengar artis Fulanah yang menakjubkan? Yang memiliki lirik indah, suara merdu dan goyang aduhai? Jawabanku saat itu hanyalah dengan kebingungan. Kemudian salah seorang di antara mereka mengeraskan suara siaran berita luar negeri. Tiba-tiba aku membuka mulut dengan kebingungan, sementara dia menanyai pendapatku tentang siaran itu. Berhamburanlah berbagai kalimat melaui lisanku. Aku berusaha untuk mengumpulkannya dengan segenap kekuatan agar keseimbanganku kembali. Akan tetapi jawabanku tergagap, aku merasa salah seorang di antara mereka memegang ujung lidahku dan menahannya dengan kuat, "Awas, hati-hati… engkau sedang diawasi!"
Satu kalimat akan dihitung atasmu. Bisa jadi akan melemparkanmu ke dalam kegelapan berbulan-bulan atau bertahun-tahun. Sementara sang algojo menunggu di sana. Maka berhati-hatilah, dan berhati-hatilah!
Haripun berlalu dalam keadaan cemas dan gundah. Saat aku menghempaskan diriku di atas kursi rumah, istriku memperhatikan apa yang telah menimpaku karena kegoncanganku. Maka diapun mengisyaratkan agar kami berekreasi ke tempat pariwisata terdekat. Tidak seperti biasanya, aku mengabulkannya dengan senang hati, karena berkeinginan untuk melarikan diri dari apa yang menimpaku. Belum lagi kami menikmati perjalanan di kebun yang hijau dan taman yang rindang tersebut, tampaklah dari kejauhan sebuah khayalan mulai tampak sedikit demi sedikit. Ternyata mobil putih yang telah kulihat sebelumnya. Hingga tatkala mereka telah dekat, dengan melemparkan pandangan, mereka menyeru untuk mendirikan kemah bersebelahan dengan kami. Suara hatiku berteriak lagi, "Bukankah sudah kukatakan bahwa engkau sedang diawasi? Inilah mereka, telah mempersiapkan cara untuk memburumu!"
Di jalan pulang, aku tergesa-gesa memutar tombol radio dengan penuh harap mendengar sesuatu yang bisa menghilangkan awan pada hari kesedihanku. Ternyata berita seorang pembunuh yang datang dari seberang lautan. Dia telah membunuh sepuluh orang, setelah penyelidikan panjang oleh petugas keamanan. Aku merasakan tetesan-tetesan keringat memenuhi dahiku dengan deras. Aku diam untuk mendengarkan berita yang tersisa. Ternyata sebuah kejadian di atas gunung berapi, berupa letusan dan ledakan. Suara ledakan mengejutkanku, "Bisa jadi engkau dituduh telah merencanakan peledakan dan ikut serta di dalamnya."
Pada terminal terdekat yang ada di atas jalan darat aku berhenti untuk meneguk tetesan air dingin yang menghilangkan dahaga. Ternyata penjual mengisyaratkan kepadaku bahwa air dingin itu ada di kulkas di depan sana. Ternyata ada orang duduk menutupi wajahnya dengan koran lama yang telah terbit sejak beberapa bulan. Dia terus mencuri pandang kepadaku dengan kedua mata menguning dan sayu karena bergadang dan kelelahan. Kukatakan: "Ini adalah salah satu dari mereka…" Aku meneguk air dengan rasa seakan-akan terasa seperti buah maja atau yang lebih pahit lagi.
Aku masuk ke dalam rumah dalam keadaan bingung, serta pikiran yang kacau. Aku ambil gagang telepon untuk berbicara dengan saudaraku tentang apa yang terjadi padaku serta kemungkinan penahanan diriku pada waktu yang dekat. Akan tetapi kukembalikan gagang telepon, aku kembali mengingat kejadian di tempat duduk tadi. Telpon telah disadap. Aku bersumpah untuk tidak akan berbicara melalui telepon hingga kecemasan dan kegelisahan ini hilang. Aku ingat suara-suara dan berisik di telpon yang kudengar sore kemarin. Maka aku yakin bahwa itu dari penyadap suara. Akupun bersumpah bahwa aku sedang diawasi dengan detil. Tidak ada jalan untuk bisa melarikan diri dan menyelamatkan diri.
Waktu-waktupun berjalan memanjang sementara aku berada di antara angan-angan dan kenyataan. Mulai tumbuhlah beberapa helai rambut putih yang muncul membelah kepalaku. Aku menyangka bahwa rambut tersebut timbul karena hari-hari itu. Untuk bisa selamat dari hitamnya kehidupan dunia dan kegelapannya, aku putuskan untuk pergi ke tempat yang aman. Aku bertanya-tanya dengan penuh kedukaan, "Di manakah tempat yang aman dari pengawasan yang super ketat seperti ini?" Saat itulah datang jawaban dari jari-jemari kuat yang mengetuk kepalaku, "Sadarlah, bangunlah dari tidurmu, seluruh umat sedang diawasi, bukan hanya kamu seorang!" Dengan begitu tidak tersisa bagiku satu daerahpun yang aman kecuali naungan yang indah itu!!
Aku berwudhu. Kuhilangkan beban kantuk, dan awan kegelisahan yang mematikan dengan tetesan air dingin nan suci yang sudah lama kutinggalkan karena lalai dan bodoh. Kupercepat langkahku menuju masjid. Ternyata pengawasan dan perhitungan ketat adalah pada firman-Nya yang artinya:
"Tiada suatu ucapanpun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat Pengawas yang selalu hadir." (QS Qaf: 18)
Ternyata catatan-catatan panjang, yang didalamnya telah terhitung amalan sekecil apapun, meskipun hanya seberat biji zarrah (debu yang terkecil):
"Barangsiapa yang megerjakan kebaikan seberat zarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula." (QS az-Zalzalah: 7-8)
Ternyata berisikan keterangan-keterangan yang tidak mungkin tersembunyikan:
"Dia mengetahui (pandangan) mata yang khianat dan apa yang disembunyikan oleh hati."(QS Ghafir: 19)
Sebuah akhir kepastianpun menggetarkanku:
"Segolongan masuk surga dan segolongan masuk Jahannam." (QS Asy-Syura:7)
Akupun tersadar dari kelalaianku. Pengawasan tersebut tidak hanya lahir beberapa minggu yang lalu, bahkan telah ada semenjak awal usia, sejak aku meneriakkan tangisan pertama, dan semenjak aku menapakkan kakiku ke tanah. Sebuah pengawasan panjang, yang terus berlangsung, tidak akan menyerah dan bosan hingga aku diletakkan di kuburanku. Sebuah pengawasan yang menakjubkan, di dalamnya dihitung segenap ucapan dan perbuatan, bahkan bisikan-bisikan hati dan getaran-getaran dada.
"Dan sesungguhnya kami telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatinya." (QS Qaff: 50)
Suara-suara itupun diam. Aku keluar dari dalam masjid dengan langkah yang mantap dan tenang di dalam jiwa, hati yang berbahagia dengan penuh merenungi alam raya dan keagungan Penciptanya. Aku mengetahui bahwa aku senantiasa diawasi, dan aku yakin bahwa aku senantiasa diikuti hingga aku dibaringkan di dalam kuburanku. Kulemparkan pandanganku kepada mobil putih di sisi masjid yang dulu membuatku terkejut. Kubuka wajahku seraya kukatakan kepada diriku sendiri: "Di mana engkau wahai orang yang takut pengawasan penduduk dunia?" Itu adalah mimpi tidur, tumpukan laporan, dan rentetan riwayat, dan kau lupakan pengawasan Dzat Yang Maha Tahu Lagi Maha Meliputi."
Cahaya imanpun bersinar di lubuk hatiku. Kuulang-ulang kalimat indah yang dulu kutakuti pada masa yang panjang. Sekarang telah menjadi kekasih hati, penghibur kesepian, dan penyinar jalan hidupku…. Hati-hati, engkau sedang diawasi!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar