Minggu, 08 Mei 2011

* Manfaat menundukkan pandangan (ghadhul bashar)*.

Ada beberapa manfaat yang akan diperoleh dari menundukkan pandangan mata, di antaranya:
1. Membersihkan hati dari Derita Penyesalan
Karena barang siapa yang mengumbar pandangan matanya, maka penyesalan yang dirasakan tiada henti. Dan sesuatu yang lebih berbahaya bagi hati adalah mengumbar pandangan. Karena dia akan melihat apapun yang dicarinya dan tidak bersabar untuk bisa meraih apa yang telah dilihatnya. Dan itu adalah derita dan siksaan baginya.
Al-Ashma’y berkata, “Saya pernah melihat seorang gadis pada waktu thawaf, yang seakan-akan dia adalah matahari. Aku pun terus memandangmya dan hatiku berdesir karena keelokan rupanya.” Lalu dia bertanya kepadaku, “Ada apa dengan dirimu?” Aku katakan “Engkau memang layak untuk dipandang.” Kemudian gadis itu melantunkan syair,

Selagi pandangan matamu berkeliaran
Segala pemandangan akan membebani hati
Engkau memandang sesuatu di luar kemampuan dirimu
Sebagian lagi tiada kesabaran lagi
Pandangan akan menyusup hati sabagaimana anak panah yang meluncur dari busurnya, jika engkau tidak mematahkannya, maka ia melukai dirimu. Pandangan itu ibarat bara api yang dilemparkan ke dahan-dahan yang kering, bila tidak membakar seluruh dahan itu ia membakar sebagiannya.
Sebagaimana dikatakan dalam sebuah syair:

Segala peristiwa berawal dari pandangan mata
Jilatan Api bermula dari setitik api
Berapa banyak pandangan yang membelah hati pemiliknya
Laksana anak panah yang melesat dari busur
Selagi manusia memiliki mata untuk memandang
Dia tidak lepas dari bahaya yang menghadang
Senang dipermulaan dan ada bahaya dikemudian hari
Tidak ada ucapan selamat datang, dan bahaya saat kembali
Orang yang memandang melepaskan pandangan dengan anak panah yang dikehendaki oleh hatinya, sedangkan ia tidak merasakan kalau sebenarnya ia melepaskan hatinya. Inilah rangkuman syair syairku,

Wahai orang yang melepaskan anak panah sesaat
Engkaulah sang pembunuh namun tiada mengena
Wahai orang yang mengumbar pandangan untuk mencari obat
Kau datang dengan membawa kayu bakar yang membawa
2.Mendatangkan cahaya dan keceriaan di hati, wajah dan seturuh anggota badan.

Hal ini, sebagaimana mengumbar pandangan mata yang akan mewariskan kegelapan, yang terlihat pada wajah dan seluruh anggota tubuhnya. Oleh karena itulah Allah berfirman,
Allah (pemberi) cahaya (kepada) langit dan bumi. (An-Nut: 35)

Sebelumnya Allah juga telah berfirman,
Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman, ‘Hendaklah mereka menahan pandangannya.’ (An-Nut: 30)
3.Mendatangkan kekuatan firasat yang benar
Menahan pandangan mata akan mendatangkan kekuatan firasat yang benar, karena firasat merupakan cahaya dan buah dari cahaya. Jika hati seorang hamba bercahaya, maka akan benar firasatnya. Karena hati kedudukannya seperti cermin yang akan memperlihatkan seluruh wujud sebagaimana aslinya.’
4. Akan membuka pintu dan jalan ilmu serta memudahkan dalam mendapatkannya.
Hal itu disebabkan cahaya yang ada di dalam hati. Jika hati bersinar terang, maka akan muncul hakekat-hakekat pengetahuan di dalamnya, dan mudah untuk disingkap, sehingga sebagian demi sebagian ilmu itu dapat diserap. Namun, barang siapa yang mengumbar pandangannya, maka akan membuat hatinya kelam dan gelap, sehingga ia akan menutup pintu dan jalan untuk mendaptkan ilmu.
5. Mendatangkan kekuatan, keteguhan dan keberanian hati.
Dengan begitu seseorang yang menahan pandangan matanya dapat menguasai pandangan itu dan penguasaan terhadap hujjah.
6. Mendatangkan kegembiraan, kesenangan dan kelapangan hati.
Kenikmatan dan kegembiraan yang dirasakan lebih besar dari pada kesenangan yang diperoleh dari mengumbar pandangan itu. Hal Itu disebabkan karena ia telah mampu mengalahkan musuhnya, dan menundukkan hawa nafsunya. Di samping itu, tatkala ia mampu membekukan kesenangan dan syahwatnya karena Allah, dari kesenangan yang menjerumuskan kepada keburukan, maka Allah menggantinya dengan kenikmatan serta kesenangan yang lebih baik dan sempurna. Sebagaimana perkataan dari sebagian mereka. “Demi Allah! Kenikmatan menjaga diri dari hal-hal yang diharamkan oleh Allah, jauh lebih besar dari pada kenikmatan yang diperoleh dari perbuatan dosa.”
Sehingga tidak disanksikan bahwa seseorang yang mampu menundukkan hawa nafsunya, maka kesudahannya adalah kegembiraan, kesenangan, dan kenikmatan yang lebih sempurna dari kenikmatan yang diperoleh jika mengikuti hawa nafsu tersebut. Maka, oleh sebab ltulah akal lebih menonjol dari hawa nafsu.
7.Membebaskan hati dari tawanan syahwat.
Karena orang yang layak disebut tawanan adalah orang yang ditawan oleh syahwat dan hawa nafsunya. Sebagaimana dikatakan dalam sebuah pepatah, “Orang yang senantiasa mengumbar pandangannya adalah seorang tawanan.”
Dan ketika syahwat dan hawa nafsu sudah menawan hati manusia, maka memungkinkan bagi musuh dan rivalnya untuk melancarkan siksaan kepadanya. Sehingga dia seperti seekor burung yang berada di tangan anak kecil yang memainkannya sesuka hati.
8. Menutup pintu-pintu neraka Jahannam.
Sesungguhnya pandangan mata adalah pintu syahwat yang menuju pelaksanaannya. Maka, pengharamannya oleh Allah dan syari’аt-Nya adalah tabir penghalang untuk mengumbar pandangan. Siapa yang merusak tabir ini, dia akan berani melanggar larangan tersebut. Dia tidak akan berhenti pada satu tujuan saja, karena jiwa manusia dalam hal ini tidak menentang tujuan yang sudah diperoleh, lalu dia ingin mendapatkan kesenangan yang baru lagi. Orang yang sudah terbiasa dengan sesuatu yang sudah ada, tidak menolak untuk menerima sesuatu yang baru, apalagi sesuatu yang baru itu tampak lebih baik dan lebih indah. Maka menahan pandangan mata bisa menutup pintu ini, yang karenanya raja-raja tidak mampu mewujudkan apa yang diinginkannya.
9. Menguatkan dan mengokohkan akal
Mengumbar pandangan tentulah tidak akan dilakukan kecuali orang-orang yang lemah akalnya, gegabah dan tidak memikirkan akibatnya dikemudian hari. Orang yang cerdik akalnya adalah yang bisa mempertimbangkan akibat dari perbuatannya. Andaikan orang yang senantiasa mengumbar pandangam matanya mengetahui akibat dari perbuatannya itu, pastilah ia tidak akan mengumbar ptndangan matanya. Seorang penyair berkata,

Orang yang cerdik akalnya
Mereka yang tidak melakukan sesuatu
Hingga dia memikirkan
Akibat yang akan datang
10. Membebaskan hati dari syahwat yang memabukkan dan kelalaian yang merugikan.
Mengumbar pandangan mata akan mendatangkan kelalaian untuk mengingat Allah dan hari akhirat serta dapat menjerumuskan ke dalam tawanan cinta yang memabukkan. Sebagaimana firman Allah, yang menjelaskan tentang orang yang tertawan oleh rupa dan penampilan,
Demi umurmu (Muhammad), sesungguhnya mereka terombang-ambing dl dalam kemabukan (kesesatan). (Al-Hijr: 72)
Pandangan mata adalah segelas khamr, sedangkan cinta adalah rasa mabuk akibat dari meminum khamr tersebut. Dan mabuk cinta Jauh lebih berbahaya dari pada mabuk karena khamr, sebab mabuk karena khamr bisa sadar kembali, tetapi orang yang dimabuk cinta Jarang yang bisa sadar kembali, kecuali jika sudah berada di ambang kematian. Sebagaimana yang dikatakan dalam sebuah syair,

Mabuk karena nafsu terus berkelanjutan
Jangan harap kesadarannya terbangkitkan
Sumber : Raudhatul Muhibbin – Ibnu Qayyim Al-Jauziyah                

Rabu, 20 April 2011

Diantara Lingkaran Kehidupan


Setiap orang berada didalam salah satu diantara dua lingkaran :

RAHMAT dan KEADILAN.

Barangsiapa yang berada didalam lingkaran Rahmat,

Kelak akan berada didalam lingkaran Keutamaan.

Barangsiapa yang berada didalam lingkaran Keadilan,

Kelak akan berada di dalam lingkaran Pembalasan.


Barangsiapa yang tidak tercukupi kefakirannya dengan sedikit harta,

Maka dia tidak akan merasa cukup dengan harta yang banyak.

Barangsiapa yang tidak mendapat manfaat dari sedikit ilmu,

Maka mustahil ia akan mendapatkannya dari banyak ilmu.

Seseorang yang selalu sibuk memenuhi hak Tuhannya daripada hak dirinya dan teman-temannya, maka ia adalah hamba yang dekat dengan Tuhannya.

Seseorang yang selalu sibuk memenuhi hak dirinya sendiri sendiri daripada Tuhannya dan teman-temannya, maka ia adalah hamba hawa nafsunya.

Seseorang yang selalu sibuk memenuhi hak teman-temannya daripada hak Tuhan dan dirinya, maka ia adalah hamba kedudukan.

Seseorang yang selalu sibuk memenuhi hak Tuhannya dan teman-temannya daripada hak dirinya, maka ia adalah pewaris para nabi.

Dunia yang terpuji adalah yang menyampaikan seseorang pada perbuatan yang baik atau menyelamatkan dari perbuatan jelek.

Dunia yang diperbolehkan adalah yang tidak menyebabkan seseorang meninggalkan perintah dan menerjang larangannya.

Dunia yang terhina dalam lisan Al-Quran dan Al-Sunnah adalah yang menyebabkan seseorang meninggalkan ketaatan atau melakukan maksiat

Tidak akan mengerti kedudukan suatu nikmat,

kecuali berada pada keadaan yang berlawanan dengan nikmat itu.

Dan tidak akan terhibur seseorang yang tertimpa musibah,

Kecuali mengetahui ada orang lain yang tertimpa musibah seperti dirinya.

Sungguh mengherankan,

seseorang yang berjuang mengejar dunia yang belum pasti didapatkannya,

Dan jika mendapatkannya, ia dalam keraguan untuk mendapatkan manfaat dari apa yang didapatnya.

Ia pun dalam keyakinan akan meninggalkan dan keluar dari dunia,

Tetapi untuk kematian yang sudah pasti, ia menghadapinya dengan sekedarnya.

Barangsiapa yang terbiasa membatalkan suatu kemauan,

Maka dirinya akan terhalang dari suatu keberuntungan.

Jumat, 15 April 2011

-=Balada Uang Receh=-


Rp.100.000: “Ya, ampyyyuunnnn. Hey sobat, dari mana aja kamu? Baru tiga bulan kita berpisah, koq kamu udah lusuh banget? Kumal, kotor, lecet, dan uuhhh, bau! Padahal waktu kita sama-sama ke luar dari Bank, kita sama-sama keren kan? Ada apa denganmu?”

Rp.1.000: “Ya, gini deh nasibku, sobat. Sejak kita keluar dari Bank, hanya tiga hari aku tinggal di dompet yang bersih dan bagus, karena hari berikutnya aku udah pindah ke dompet tukang sayur yang kumal. Dari dompet tukang sayur, aku langsung pindah lagi ke kantong plastik tukang ayam. Plastiknya basah, penuh dengan darah dan kotoran ayam. Besoknya lagi, aku dilempar ke plastik seorang pengamen. Untungnya sobat, dari kantong si pengamen itu, aku bisa beristirahat sejenak dalam laci tukang warteg. Tapi ternyata itu gak bertahan lama, karena esok paginya, aku harus kembali pindah ‘rumah’, dari laci tukang warteg ke kantong tukang nasi uduk. Begitulah perjalananku dari hari ke hari. Itu makanya kenapa ‘tubuhku’ jadi bau, kumal, lusuh, karena aku sering berada di tempat yang kurang atau mungkin ga nyaman. Belum lagi perlakuan yang seenaknya oleh para pemilikku. Aku dilipat-lipat, digulung-gulung, diremas-remas. Ya, akhirnya jadilah aku seperti yang kau bilang tadi sobat.” Itulah jawaban si 1.000 dengan tatapan nelangsa, ke arah si 100.000.

Rp.100.000: “Wah, sedih banget sih perjalananmu, sobat! Beda banget sama pengalamanku. Kalau aku ya, sejak kita keluar dari Bank itu, aku disimpan di dompet kulit yang bagus dan harum. Trus aku pindah ke dompet seorang wanita cantik. Hmm… Dompetnya harum sekali. Setelah dari sana, aku ‘jalan-jalan’, dari mulai ‘nginep’ di hotel berbintang 5, masuk restoran mewah, mampir ke showroom mobil mahal, ketemu ‘temen-temenku’ di tempat arisan ibu-ibu pejabat. Nah, kadang aku juga bisa mampir di tasnya selebritis. Pokoknya aku selalu berada di tempat yang bikin aku jadi betah deh. Jarang aku berada di tempat yang kamu ceritakan itu. Dan, aku jarang lho ketemu sama ‘teman-temanmu’.” Si 100.000 kembali berkomentar setelah sebelumnya memasang ‘wajah’ simpati ke arah si 1.000.
Setelah merenung sejenak, akhirnya si 1.000 menemukan ‘kepercayaan dirinya’.

Rp.1.000: “Kuakui, sobat, nasib kita emang beda. Kamu selalu berada di tempat yang bagus, bersih, dan nyaman tentunya. Tapi ada satu hal yang selalu membuatku bangga akan keberadaanku daripada kamu!”

“Apa itu?” sahut si 100.000 penasaran.

Rp.1.000: “Aku sering bertemu teman-temanku di kotak amal setiap masjid atau di kantong permen pengemis jalanan. Hampir setiap hari aku mampir di tempat-tempat itu. Tempat yang penuh dengan keberkahan Tuhan. Dan, jarang banget tuh aku melihat kamu di sana.”

“..??? …………” dan uang 100.000 itu pun tersipu malu.

Berlaku taat jika ada yang lihat....

Priiit..!!!” teriakan peluit menghentikan seorang pengendara motor yang baru aja nerobos lampu merah. Dengan perasaan cemas, doi segera menghentikan kendaraannya. Kepalanya celingak-celinguk nyari sumber suara peluit. Dari kejauhan tampak tukang gorengan berjalan mendekati doi. Rupanya, tukang gorengan itu polisi yang menyamar. Dengan muka sangar, pak polisi membentak sang pengendara.
“Kenapa kamu nerobos lampu merah?”
“Maaf pak, saya nggak liat.” Jawabnya dengan muka memelas.
“Masa’ lampu merah segede itu nggak keliatan?” hardik pak polisi tanpa belas kasihan.
“Lampu merah sih liat pak. Cuma….” sang pengendara ragu meneruskan kalimatnya.
“Cuma apa?!!”
“Cuma saya nggak liat ada bapak. Hehehe…” jawabnya sambil nyengir.
Gubraks!
Penggalan cerita di atas boleh jadi mewakili mental masyarakat kita kalo udah berurusan dengan aturan. Yup, seperti episode sebuah iklan rokok. “taat kalo cuma ada yang liat”. Di tempat kerja, kalo ada bos atau atasan, sibuk kasak-kusuk ketik sana-sini di depan komputer biar keliatan kerja. Giliran bos udah berlalu, kembali ke aktivitas rutin dengan bermain solitaire, chatting, atau ngotak-ngatik friendster.
Begitu juga dengan lingkungan sekolah. Dandanan seragam sekolah rapi lengkap dengan bet dan lokasi plus dasi cuma keliatan pas ujian doang. Soalnya kalo nggak gitu, pengawas bakal mengeliminasi kita dari ruang ujian. Berabe dong. Ternyata saat ujian, nggak cuma pakaiannya aja yang rapi, tapi contekan pun nggak kalah rapinya. Sampe-sampe pengawas sulit menemukan jejak-jejak keberadaannya. Tapi giliran pengawas meleng dikit atau permisi ke belakang, langsung deh contekan dengan ukuran font kecil dan tulisan nggak karuan mulai menampakkan diri. Mumpung nggak ada yang liat. Nah lho?
Aturan Islam juga kebagian
Sobat, mental ‘taat kalo diliat’ ternyata mewabah juga pada sikap remaja muslim terhadap hukum Islam. Beberapa aturan Islam yang lengket dalam keseharian kita, masih aja pake pertimbangan ada yang ngawasin apa nggak.
Seperti shalat lima waktu misalnya. Sedih juga kalo kita tahu ternyata masih ada sebagian temen-temen kita yang shalatnya angin-anginan. Kalo disuruh ortu dengan ancaman pemblokiran uang jajan, baru deh mau shalat meski dengan berat hati. Pas lagi bareng bokin yang baru jadian, shalat nggak pernah ketinggalan. Tapi pas nggak disuruh ortu atau nggak terancam pemblokiran uang jajan, shalatnya tergantung mood. Gitu juga pas lagi sendiri tanpa kehadiran pujaan hati, urusan shalat mah entar-entar dulu. Payah deh!
Kewajiban menutup aurat juga mengalami nasib yang sama. Banyak remaja muslimah yang baru mau nutup aurat alias pake kerudung dan pakaian tertutup saat mau ikut pengajian atau pesantren kilat. Nggak enak kalo keliatan ustadz nggak nutup aurat. Ada juga yang rajin pake seragam sekolah yang menutup aurat lantaran diwajibkan sekolah. Diluar itu, mereka kembali ke alamnya yang dijejali tren fashion yang mengumbar aurat dalam berbusana. Sayang ya?
Sobat, mental ‘taat kalo diliat’ ini memang gaswat kalo dibiarkan. Remaja bisa terbiasa jadi munafik. Plus bisa terkontaminasi penyakit riya’ yang seneng dipuji atau diliat orang. Dua sikap ini yang bisa menggerogoti keikhlasan kita dalam beramal kebaikan. Nabi saw. bersabda: “Aku akan memberitahukan beberapa kaum dari umatku. Di hari kiamat mereka datang dengan membawa kebaikan seperti gunung tihamah yang putih. Tapi Allah menjadikannya bagaikan debu yang bertebaran. Tsaubah berkata: “Wahai Rasulullah, sebutkanlah sifat mereka dan jelaskanlah keadaan mereka agar kami tidak termasuk bagian dari mereka sementara kami tidak mengetahuinya.” Rasulullah saw. bersabda: “Ingatlah!, mereka adalah bagian dari saudara kalian dan dari ras kalian. Mereka suka bangun malam sebagaimana kalian, tapi mereka adalah kaum yang jika tidak dilihat oleh siapa pun ketika menghadapi perkara yang diharamkan Allah, maka mereka melanggarnya.” (HR. Ibnu Majah).
Tuh kan sobat, cuma para pengecut yang pantas punya mental ‘taat kalo diliat’. Mungkin aja dia merasa hebat dan jagoan bisa lolos dari pengawasan atas pelanggarannya, tapi sebenernya dia justru berjiwa kerdil yang nggak punya nyali untuk tetep komitmen dengan perilakunya yang terpuji. So, udah deh buang jauh-jauh mental pecundang ini. Atau kamu bakal tekor dunia-akhirat? Ih, amit-amit.
Cuma taat kalo diliat, kenapa?
Mental “taat kalo diliat’ tumbuh subur lantaran empat hal: niat, sanksi, pengawasan, en kesadaran.
Pertama, niat. Kita pasti tau kalo niat selalu ada di balik setiap perbuatan. Terlepas apa niat itu udah direncanain jauh-jauh hari atau spontan. Untuk ketaatan pada aturan, nggak semuanya enjoy jalaninnya. Aturan udah kadung dianggap ngebatasin gerak. Kalo ngadepin aturan, bawaan niatnya jelek mulu. Pikirnya, aturan ada untuk dilanggar, bukan untuk ditaati. Walhasil, kalo niat udah kuat, ngelanggar aturan jadi kebiasaan. Malah perbuatan dosa pun dianggap sepele. Dari sekedar nggak shalat, nggak nutup aurat, sampe jadi pelaku tetap maksiat apa pun. Cuma lantaran nggak ada yang liat. Berabe kan?
Kedua, sanksi. Sebuah aturan bakal tegak en punya power buat ngatur kalo ada sanksi yang tegas. Tanpa itu, orang bisa setengah-setengah taat ama aturan. Jangan mentang-mentang punya duit, aturan bisa dibeli. Sementara yang duitnya pas-pasan, kudu relapaksa hadir di pengadilan. Kalo rasa adil itu pilih kasih, orang nggak ngerasa penting untuk taat aturan. Ya, untuk apa taat, kalo yang nggak taat pun bisa seenaknya ngebeli aturan. Kalo udah begini, taat sama dengan makan ati. Cuapek deeeh!!
Ketiga, pengawasan. Ketegasan sanksi nggak punya arti tanpa pengawasan. Makanya, pengawasan yang kendor terhadap aturan, memancing orang untuk maen curang. Nggak ada polantas alias polisi lalu lintas, berarti ada kesempatan untuk nyari jalan pintas. Payah!
Keempat, kesadaran. Ini gerbang terakhir sebelum seeorang ngelanggar aturan. Niat udah kuat, sanksi nggak ketat, yang ngawasin juga nggak ada di tempat, berarti tinggal selangkah lagi. Kalo dia sadar ada beban moral untuk melanggar atau ngerasa bakal bikin rugi semua pihak, tentu mikir-mikir lagi untuk nggak taat. Sayangnya, beban moral terlalu lemah untuk mencegah pelanggaran. Di zaman nafsi-nafsi kayak sekarang, moral udah jadi almarhum. Yang ada tinggal kepentingan diri sendiri dan cuek dengan sekitarnya. Nggak asyik tuh!
Sobat, dari keempat faktor di atas, yang terakhir kudu dapet perhatiin khusus. Yup, soalnya kalo kesadaran seseorang dilandasi dorongan yang shahih, tentu nggak gampang tergoda melanggar aturan. Mesti niat, sanksi, atau pengawasan udah kondusif. Di sinilah pentingnya kita punya kesadaran shahih yang nggak cuma ngandelin beban moral. Dan itu ada dalam Islam. Yuk!
Allah pasti Ngeliat, Bro!
Sebagai seorang muslim, kita udah sering dengar sifat-sifat Allah yang biasa dikenal dengan sebutan asma’ul husna. Keyakinan terhadap asma’ul husna ini yang mengokohkan keimanan kita kepada Allah Swt. Keimanan yang akan melahirkan kesadaran akan adanya Allah dalam setiap perilaku kita di dunia. Penting nih!
Salah satu sifat Allah yang mulia itu adalah Maha Melihat dan Maha Mengetahui. Itu artinya, Allah bisa melihat dan mengetahui setiap perilaku hambaNya baik di tempat terang maupun tempat yang tersembunyi. Termasuk mengetahui letak semut hitam yang berjalan di atas batu hitam di tengah malam yang gelap gulita. Tuh kan, makhluk kecil yang tak terjangkau penglihatan manusia aja dengan mudah diketahui Allah, gimana kita yang ukurannya beberapa ratus kali lipat dari ukuran semut. Makanya nggak wajar kalo kita selaku muslim merasa nggak ada yang ngawasin perbuatan kita saat berbuat maksiat.
Dalam sebuah kisah pada masa pemerintahan Umar bin Khaththab, terjadilah dialog antara ibu penjual susu dengan putrinya.
“Tidakkah kau campur susu daganganmu dengan air? Subuh telah datang,” kata sang Ibu.
“Bagaimana mungkin aku mencampurnya, sedangkan Amirul Mukminin telah melarang mencampur susu dengan air?” jawab putrinya.
“Orang-orang telah mencampurnya. Kau campur saja. Toh, Amirul Mukminin tidak akan tahu.”
Putrinya menjawab, “Jika Umar tidak tahu, Tuhan Umar pasti tahu. Aku tidak akan mencampurnya karena dia telah melarangnya.”
Dari kisah di atas, kita bisa ambil pelajaran berharga bahwa pengawasan manusia terbatas, namun pengawasan Allah unlimited!
Lolos di dunia, belum tentu di akhirat
Sobat, di antara kita mungkin udah tau celah untuk lolos dari razia polantas. Ada juga yang mahir ngibulin guru biar bisa cabut tepat waktu. Atau mungkin udah terbiasa menghilangkan jejak agar tak terdeteksi oleh pengawasan ortu. Tapi siapa yang jamin kamu bisa sembunyi dari pengawasan Allah? Nggak ada. Kalo kamu ngerasa aman dan bebas ngelanggar aturan Allah cuma lantaran Allah nggak terlihat, siap-siaplah menghadapi rasa takutmu yang menjadi-jadi di akhirat nanti.
Dari Abu Hurairah ra., dari Nabi saw., tentang perkara yang diriwayatkan beliau dari Tuhannya. Allah berfirman: “Demi kemuliaanKu, aku tidak akan menghimpun dua rasa takut dan dua rasa aman pada diri seorang hamba. Jika ia takut kepadaKu di dunia, maka Aku akan memberikannnya rasa aman di hari kiamat. Jika ia merasa aman dariKu di dunia, maka Aku akan memberikan rasa takut kepadanya di hari kiamat.” (HR Ibnu Hibban)
Karena itu, agar kita nggak ngerasa aman dari Allah di dunia, Allah udah ngasih konsekuensi pahala dan dosa untuk ngukur ketaatan kita pada syariatNya. Kalo kita senantiasa taat dan ikhlas dalam ngikutin tuntunan Allah dan RasulNya di hari-hari kita, kita bisa meraih pahala. Sebaliknya, kalo kita melanggar atau taat setengah hati terhadap Allah, dosalah yang kita dapetin. Semuanya bakal diperlihatkan pada kita diakhirat nanti.
Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrah pun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya. Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrah pun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula. (QS al-Zalzalah [99]: 7-8)
Hanya ada satu cara untuk memperkuat kesadaran akan adanya Allah Ta’ala, yaitu dengan ngaji. Yup, dengan mengaji kita selalu diingatkan akan kebesaran Allah dengan sifat-sifatNya yang mulia, kelengkapan syariatNya untuk mengatur hidup kita, dan kasih sayang Allah bagi hamba-hambaNya yang selalu berusaha untuk taat di segala situasi dan kondisi. Selalu pake ukuran dosa atau pahala sebelum berbuat.
Kini, saatnya kita menguatkan kesadaran kita akan adanya Allah Swt. dan sifat-sifatNya. Cukup mental ‘taat kalo diliat’ hanya ada dalam pariwara aja. Nggak usah ditiru dalam berperilaku. Sebaiknya kita berprinsip: dengan atau tanpa pengawasan dari manusia, kita tetep taat ama aturan Allah. Karena Allah Swt. pasti ngeliat, malaikat Raqib dan Atid selalu mencatat, so, taat syariat nggak kenal tempat.

Selasa, 05 April 2011

muhasabah cinta

Allah yang Maha Pemilik alam semesta. Sesungguhnya Hidupku, Matiku, Rezekiku, Jodohku hanya milik Allah. Aku hanya manusia yang lemah tempatnya salah dan khilaf. Ujian yang Kau berikan padaku sungguh berat,tak dapat ku menolaknya. Semua Kejadian buruk ataupun baik ku pasrahkan kepadaMu, karena Engkaulah yang Maha Pengasih dan Penyayang.
Ya Allah, aku baru sadar bahwa apa yang selama ini aku lakukan belum maksimal dalam memperjuangkan agamamu. Aku menyia-nyiakan waktu luangku dengan hal2 yang kurang berguna hingga aku tak memperdulikan kesehatan jiwa dan ragaku. Betapa besar nikmat yang Kau berikan padaku, tapi aku kurang bersyukur kepadaMu. Astagfirullah, Ampuni aku Ya Allah berilah aku waktu untuk selalu dekat denganMu dan aku mengharapkan cintaMu.
Doaku selalu kupanjatkan padaMu disetiap sholatku, Doa yang tak henti ku ucapkan di setiap dzikirku, Ayat quran yang begitu indah ku lantunkan di setiap aku selesai sholat subuh. Air mata yang tak henti ku teteskan untuk mengharapkan ampunan dariMu. Biarlah sakit yang kurasa saat ini kuterima dengan ikhlas,walaupun aku masih terus belajar ikhlas. Mulut ini begitu gampang terucap ikhlas sedangkan hati ini susah sekali untuk ikhlas, ku mencoba belajar dan terus belajar mengikhlaskannya karena ku yakin sakitku adalah sebagai penawar dosaku. Ampuni salah dan khilafku ya Allah, karena Kaulah Maha Pengampun.
Ya, Allah Kuatkan aku dari semua ujian yang Kau beri untukku.. Jangan biarkan aku menjauh dariMu, Lindungi aku dari putus asa dan jauhkan ku dari marabahaya dunia dan akhirat. Berikan aku tetap sabar dan tabah dalam menghadapi hidup ini. Tunjukkan aku dari jalan yang Lurus jalan yang Kau Ridhoi bukan jalan yang sesat. Jika ku harus mati, tempatkan aku di tempat orang-orang yang Kau sayangi dan menjadikan matiku sebagai khusnul khotimah serta pertemukan aku denganMu.. Amin..

Senin, 04 April 2011

syuKurku pAdaNya

Bismillaahirrahmaannirrahiim…

Pelangi dalam hujan
Iman dalam risau
Senyum dalam airmata
Kekuatan dalam kelemahan
Jawaban dalam Persoalan
Hikmah yang tergali dalam setiap langkah
Dan selalu terjaga keikhlasan,
Rasa syukur serta kesabaran



Pertama dan yang paling utama harus terucap dalam kata, juga terpatri dalam hati
Mari sejenak kita berhenti, dan mengucapakannya bersama
Alhamdulillahirabbil’alamin..
Kata yang begitu mudah terucap, namun kadang terlupa
Sebagai ungkapan syukur kita kepada Sang Maha Pencipta, Allah Subhanahuwata’alla.

Lihatlah diri kita yang masih mampu bernapas didunia ini
Begitu sempurnanya raga ini diptakan
Dipenuhi segala kebutuhan, diberikan apa yang menjadi keinginan
Bahkan selalu dicurahkan kebahagiaan disetiap waktu dan dalam berbagai keadaan
Tidakkah kita menyadari semua itu..
Yang tak lain adalan jutaan Nikmat yang dikaruniakan Tuhan kepada semua hamba-Nya
Tuhan sesungguhnya yang mampu mencukupi segala kehidupan makhluk-Nya
Dia-lah dzat yang bersemayam diatas Arasy
Pendengaran dan penglihatan-Nya memantau kita
Kasih sayang-Nya menyebar bersama kita

Manusia,
Makhluk yang terbatas, namun tak pernah merasa puas

Manusia,
kecil fisiknya, namun kebutuhan tak ada habisnya
Sedikit ilmunya, namun cita-cita setinggi angkasa
Lemah dayanya, namun kuat harapan untuk menguasai dunia
Fakir keadaannya, namun besar impian untuk mencari kekayaan harta benda
Selalu tak pernah merasa puas dengan apa yang dimiliki

Sudah sepantasnya kita bersyukur dengan apa yang dikaruniakan Allah swt pada kita
Sungguh, kenikmatan dari-Nya tak terbandingkan siapapun
Segala hal yang terjadi pada diri kita
Adalah yang terbaik untuk kita, sebagai hamba yang bergerak sesuai kehendak-Nya
Dia-lah yang mengetahui apa yang terbaik untuk hidup kita
Maka jangan pernah sekalipun mengucap bahwa Dia tidak adil
Karena sesungguhnya, Dia Rabb Yang Maha Adil dari segala yang berlaku adil
Tanpa keberadaan-nya, tentulah hidup ini tak kan ada
Dan segala kenikmatan ini tak kan pernah tercipta

"Maka nikmat Tuhan kamu yang manakan yang kamu dustakan?" 
(Ar-Rahman:13) 
Sesungguhnya Allah akan menambah nikmat-Nya, jika kita mau bersyukur.

Minggu, 03 April 2011

DI uJung jiWa YanG lelaH

Aku berpijak di bumi yang penuh panorama hidup
Bumi yang penuh keindahan menurut insan yang menikamatinya
Saat jiwaku mulai  punya rasa
Aku rasa hanya keketiran dan tekanan hidup
Hinaan insan terus menerpa tanpa perasaan

Jiwaku pun peluh  dan rasa pun jadi hilang
Hanya dendam, niat dan keinginan yang bergelora tumbuh
Aku hidup tapi jiwa tampa rasa
Aku tertawa tapi hati tidak tertawa
Aku  tersernyum tapi hati  aku menangis
Aku ceria tapi dilubuk jiwa aku penuh kemarahan

Aku pun berlari terus berlari
Aku kejar asa yang ku cita, rasa yang ku ingin
Au korbankan segala rasa dalam hidupku
Aku  ingin menghidupkan keindahan kehidupan dunia
Menurut insan yang memandang hidup itu indah
Ku ingin lihatkan pada dunia
Ku bisa seperti kalian yang mempunyai keidahan dunia
Akan aku kembalikan
Semua hinaan, cacian, makian, cibiran
Kepada insan yang telah memberikannya kepadaku

Di ujung jiwa lelah
Ku rengkuh semua
Saat jiwa sudah merangkuhnya
Aku pun lelah  bersama kesadarnku
Keindahan dunia yang didambakan menurut insan
Ternyata menurut jiwaku tidak indah
Saat dunia kuraih ternyata jiwaku semakin hampa,
kebagian yang kudamba tak kunjung tiba.

Akhirnya aku terbangun.......
Ternyata yang paling indah bukan keindahan duniawi
tapi keindahan merangkuh dekapan  kasih sayang Ilahi
Dekapan keindahan duniawi hanyalah sementara
Sedangkan dekapan keindahan kasih sayang Ilahi begitu abadi
Ku kembalikan jiwaku , rasaku, langkahku hanya utuk Tuhanku....YA ALLAH
Kebahagianku adalah mendapatkan Cintamu Ya ALLAH
Semoga ujung  perjalanan hidupku sampai ujung hidupku ada di JalanMU YA ALLAH

Amin

KeseNdirIan yAng beRmaKna


Kesendirian, suatu waktu di mana kita tak bisa menghindarinya. Banyak moment di mana kita harus tinggal seorang diri; saat di kamar mandi; saat di rumah tak ada orang kecuali kita; saat berada di sebuah ruangan warnet. Saat kesendirian itu muncul, saat di mana setan dengan gencarnya menggoda kita. Karena biasanya, kita akan jauh lebih semangat beribadah ketika ada orang di sekitar kita. Apalagi jika orang yang di dekat kita adalah orang yang shalih, yang senantiasa “menularkan” kebaikan pada diri kita. Ketika penghalang itu tak ada, setan pun dengan leluasa menerobos masuk dalam hati dan pikiran kita.
Karena iman yang lemah, kita pun kerap terjebak pada bujuk rayu syaithan. Kita menuruti apa mau syaithan. Tadinya kita rajin shalat, membaca al-Quran, tiba-tiba menjadi makhluk jalang yang bersuka cita pada kemaksiatan. “Ah… tidak ada yang melihat saya melakukannya,” bisiknya dalam hati.
Saat kesendirian itulah keimanan kita sedang diuji, apakah kita benar-benar mencintai Allah dengan setulus hati, apakah kita hanya takut kepada-Nya ataukah ibadah yang kita lakukan selama ini hanya sandiwara dan ingin dipuji oleh orang yang sedang bersama kita?
Saat sendiri, berarti kita hanya berdua-duaan dengan Allah. Alangkah baiknya kita gunakan kesempatan itu untuk bermunajat dan mendekatkan diri kepada Allah. Ketika dalam keramaian kita berdzikir seratus kali. Maka saat sendirian, kita harus lebih dari itu. Uwais al-Qarny Ra. pernah berkata, “Aku tidak pernah melihat seseorang bisa mengenal Tuhannya, sementara dia lebih banyak bersama selain-Nya.”
Suatu ketika, di malam yang dingin dan sunyi, Imam Abu Hanifah bermunajat di sebuah masjid. Di sana beliau menghabiskan waktunya dengan shalat, dzikir, dan berdoa hingga shubuh. Tak disangka, ada orang yang melihat ibadahnya itu. Setelah mengetahui ada yang memperhatikannya, beliau lalu berkata kepada orang tersebut agar merahasiakan perihal apa yang dilihatnya.
Diriwayatkan bahwa Imam Malik tidak terlalu banyak melaksanakan puasa dan shalat sunnah. Akan tetapi, kesendiriannya dipenuh dengan hal-hal yang berguna dan bermakna.
Seorang ulama bernama Umar Tilmisani pernah menceritakan pengalamannya. Di suatu malam, Imam Hasan al-Banna – gurunya – memanggil namanya, “Ya Umar, apakah engkau sudah tidur?” Lantas Umar menjawab, “Belum ya Syaikh…” Kemudian Imam Hasan al-Banna kembali masuk ke kamarnya. Beberapa saat kemudian Imam Hasan al-Banna kembali bertanya dengan pertanyaan yang sama. Tapi kali ini Umar sengaja tidak menjawabnya, karena pasti nanti akan bertanya lagi hal yang sama. Umar pura-pura tidur.
Setelah tidak ada jawaban dari Umar, Imam al-Banna masuk kembali ke kamarnya. Beberapa saat lamanya pertanyaan yang sama tidak segera muncul, Umar pun melihat apa yang dilakukan gurunya itu di dalam kamarnya. Demi melihatnya, Imam Hasan al-Banna sedang bermunajat dengan tangisan menyayat hati. Akhirnya tahulah Umar, jika gurunya itu menginginkan kesendirian dalam bermunajat kepada-Nya, sehingga amalan hanya semata-mata karena Allah.
Sungguh asyik berdua-duaan bersama Allah sehingga Allah akan menganugerahi cahaya pada wajah kita. Imam Hasan al-Bashri pernah ditanya, “Kenapa orang yang rajin shalat malam wajahnya tampak bercahaya?” Imam Hasan menjawab, “Karena dia berdua-duaan dengan Allah sehingga Allah menghadiahinya sebagian dari cahaya-Nya.”
Seorang yang taat di kala ramai maupun sepi akan mereguk manisnya iman. Dia akan mendapatkan peningkatan kualitas iman dalam dirinya. Sesungguhnya semua ibadah yang kita lakukan untuk diri kita sendiri, bukan untuk orang lain. Kita berlaku demikian laksana melemparkan kayu Hindi (bahan minyak wangi) ke tengah bara api, kemudian wanginya tercium oleh manusia, namun mereka tak tahu dari mana sumber wewangian itu.
Ada orang yang jika kita mendekatinya terasa damai. Ketika menatap wajahnya, semakin mendorong kita untuk banyak mengingat Allah. Semakin bergaul akrab dengannya, terasa kebaikan-kebaikannya. Cintanya kepada kita bukan kamuflase sesaat, tetapi merupakan cinta murni yang datang dari-Nya. Terasa di sekeliling kita “harum mewangi” ketika kita bersamanya.
Namun, ada orang yang jika kita semakin dekat dengannya, hati kita semakin hampa, keras membatu, dan kotor oleh maksiat. Mungkin pada mulanya, kita menganggapnya orang baik. Namun lama kelamaan ketahuan belangnya, hatinya lebih busuk dari bangkai dan lebih kejam dari binatang liar. Merekalah orang-orang yang hanya taat di kala ramai, namun berbuat maksiat di saat sendiri.
Barangsiapa yang kesendiriannya baik dan penuh makna, akan menyebarlah aroma keutamaannya dan hati pun akan senantiasa mencium wewangiannya. Jagalah perilaku Anda dalam kesendirian, karena hal itu sangat bermanfaat.

Rabu, 30 Maret 2011

Aku ingin berhenti sejenak…

Aku ingin berhenti sejenak…
Saat semua puji itu terlampau…
Hati ini galau…
Jiwa terlena…
Lupa bahwa diri ini sebenarnya hina…

Aku ingin berhenti sejenak…
Saat kata yang terangkai dalam tulisan…
Membuat cinta untukMu terburai berhamburan…

Aku ingin berhenti sejenak…
Saat perbuatan mulai tak tulus…
Saat nurani mulai tak lurus…

Aku ingin berhenti sejenak…
Merenung dalam diam ...
Hanya ingin jujur dengan semua rasa yang terpendam…

Aku ingin berhenti sejenak…
Ingin membaca dan lebih memaknai lagi semua yang sudah aku tuliskan...
Ingin melihat semua yang sudah aku lakukan...

Aku ingin berhenti sejenak…
Saat semua puji itu salah alamat…
Ia mulai mengikis niat…

Aku ingin berhenti sejenak…
Tak pungkiri makin lama, aku merasa makin tak mengenali diri...
Aku tak ingin bertemu denganMu dalam keadaan yang seperti ini…

Aku ingin berhenti sejenak…
Meluruskan niat…
Memberi diri ini nasehat…
Agar aku bisa mengukir jejak indah, perjalananku ke akherat…

Ya Allah…
Aku datang dengan sekeping hati…
Sekeping hati yang menjerit…
Sekeping hati yang sakit…

Ya Allah…
Karena tak bersihnya niat…
Aku menjadi hambaMu yang selalu punya cacat…
Yaa aku selalu berpotensi untuk cacat karena aku bukan malaikat…
Meski aku bukan malaikat, aku hamba yang berusaha untuk selalu taat…

Ya Allah…
Karena tak ada kata terlambat untuk bertaubat…
Aku ingin berhenti sejenak…
Meluruskan niat untuk taat…

Ya Allah…
Ampuni dosaku...
Maaf untuk khilafku…

aku hanya manusia biasa

aku hanya manusia biasa yang bisa rapuh
aku hanya manusia biasa yang bisa berbuat dosa
aku hanya manusia biasa yang bisa jatuh
aku hanya manusia biasa yang mudah merana
yah aku hanya seorang muslimah yang baru belajar Islam yang kaffah
tapi aku sering merasakan terjatuh, meski hanya karena sebuah kerikil
sungguh aku bukanlah muslimah yang terbaik di mata siapapun
sungguh aku banyak berbuat dosa dan khilaf
tapi demi asma MU yang Maha Pemaaf
aku berusaha kembali bangkit dari setiap kelalaianku
berusaha tegak kembali dari setiap jatuhku
berusaha meraih kembali tujuan abadi ku
jika kau temui aku tengan jatuh
tolonglah kau bantu aku wahai saudaraku
jangan biarkan aku terperosok jika kau tahu didepanku ada lubang
ingatkan aku bila dalam perjalananku ada ranjau-ranjau
luruskan aku bila aku telah melenceng dari rel Nya
bersihkan aku jika kau lihat aku kotor
sirami aku dengan air jika aku terlihat kering
sungguh aku hanya manusia biasa yang membutuhkan bantuanmu wahai saudaraku
janganlah kau sungkan padaku, berfikir aku seorang yang kuat
aku hanyalah manusia biasa yang penuh dengan kelemahan
dan kau tahu itu, jadi jangan leraikan persaudaraan ini
bila aku terlihat menjauh darimu
ajak aku untuk bersama meniti jalan Illahi
saudaraku aku hanya manusia biasa
jangan berharap berlebihan padaku
sebab akupun tak berharap berlebihan padamu
cukup Allah sebagai penolongku
tapi pertolongan Allah membutuhkan perantaraanmu wahai saudaraku
jadi jangan tinggalkan aku
sebab aku hanya manusia biasa yang membutuhkan persaudaraan mu.

Minggu, 27 Maret 2011

tipz jadi orang sukses

Ini adalah sebuah artikel menarik tentang "Tips jadi orang sukses dari A sampai Z" dari kiriman seorang rekan. Berikut ini artikelnya.
Menurut pakarnya, manusia sukses tidak cuma dari IQ saja.
Peran EQ (Emotional Intelligence) pada kesuksesan bahkan melebihi porsi IQ. Seorang pakar EQ bernama Patricia Patton memberikan tips bagaimana kita menemukan dan memupuk harga diri, yang disebutnya alfabet keberhasilan pribadi.
Yuk kita lihat apa maksudnya :
A : Accept.
Terimalah diri Anda sebagaimana adanya.
B : Believe.
Percayalah terhadap kemampuan Anda untuk meraih apa yang Anda inginkan dalam hidup.
C : Care.
Pedulilah pada kemampuan Anda meraih apa yang Anda inginkan dalam hidup.
D : Direct.
Arahkan pikiran pada hal-hal positif yang meningkatkan kepercayaan diri.
E : Earn.
Terimalah penghargaan yang diberi orang lain dengan tetap berusaha menjadi yang lebih baik
F : Face.
Hadapi masalah dengan benar dan yakin.
G : Go.
Berangkatlah dari kebenaran.
H : Homework.
Pekerjaan rumah adalah langkah penting untuk pengumpulan informasi.
I : Ignore.
Abaikan celaan orang yang menghalangi jalan Anda mencapai tujuan.
J : Jealously.
Rasa iri dapat membuat Anda tidak menghargai kelebihan Anda sendiri.
K : Keep.
Terus berusaha walaupun beberapa kali gagal.
L : Learn.
Belajar dari kesalahan dan berusaha untuk tidak mengulanginya.
M : Mind.
Perhatikan urusan sendiri dan tidak menyebar gosip tentang orang lain.
N : Never.
Jangan terlibat skAndal seks, obat terlarang, dan alkohol.
O : Observe.
Amatilah segala hal di sekeliling Anda. Perhatikan, dengarkan, dan belajar dari orang lain.
P : Patience.
Sabar adalah kekuatan tak ternilai yang membuat Anda terus berusaha.
Q : Question.
Pertanyaan perlu untuk mencari jawaban yang benar dan menambah ilmu.
R : Respect.
Hargai diri sendiri dan juga orang lain.
S : Self confidence, self esteem, self respect.
Percaya diri, harga diri, citra diri, penghormatan diri akan membebaskan kita dari saat-saat tegang.
T : Take.
Bertanggung jawab pada setiap tindakan Anda.
U : Understand.
Pahami bahwa hidup itu naik turun, namun tak ada yang dapat mengalahkan Anda.
V : Value.
Nilai diri sendiri dan orang lain, berusahalah melakukan yang lebih baik tiap saat.
W : Work.
Bekerja dengan giat, jangan lupa berdoa.
X : X'tra.
Usaha lebih keras membawa keberhasilan.
Y : You.
Anda dapat membuat suatu yang berbeda.
Z : Zero.
Usaha nol membawa hasil nol pula

ku harus berubah


Berubah menjadi lebih baik..
Itu kata yang saat ini aku tanamkan dalam2 di hati..
Seperti apa sih makna berubah menjadi lebih baik itu??
Siap menjalani semua tuntutannya tentunya..
Begitu seseorang berkata padaku..

Aku tau..
AKan banyak cobaan yang akan menghadang di depan..
Perjalanan tak akan selalu lurus..
Pasti ada yang namanya akan ada lubang..
Ada Belokan..
Ada keMacetan..
Ada Banjir..
Tapi yang sekarang menjadi pertanyaan untukku sendiri..
"Apakah aku telah dinyatakan beriman?"
Apabila aku telah dapat melewati semua godaan dan musibah tanpa tergoda dan terpengaruh oleh godaan syaitan..

Dari banyak kejadian yang terjadi kmarin..
Banyak hal yang aku katakan, aku masih sangat lemah..
harus lebih banyak membentengi diri..
Seseorang bilang,
"Apa kita dijamin memiliki waktu hidup yang msih lama?"
Tentu saja tidak kan..
Tidak ada yang menjamin,,
Hmm..benar sekali..menjadi perenungan yang begitu berarti..
Apa aku ingin meninggal dalam keadaan hina seperti ini??
Tentu saja tidak,aku belum memiliki amalan apapun yang dapat aku perlihatkan kepada malaikat nanti..
Hanya dosa yang begitu bertumpuk..T.T

Seorang sahabat kembali mengingatkanku..
Dia bilang untuk berubah diperlukan
3M..
aPA Itu 3M?
Mulai dari Diri Sendiri..
Mulai dari hal kecil..
Dan Mulai dari Sekarang..

Dan tentunya harus keyakinan dalam diri,bahwa kita pasti bisa melakukannya..
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum kecuali kaum itu sendiri yang mengubah apa apa yang pada diri mereka ” QS 13:11.

Bismillaihirrahmanirrahim..
Bimbinglah HambaMu yang lemah ini Ya Rabb..a..min..

Selasa, 22 Maret 2011

cermat menyikapi taqdir Allah

Percayalah bahwa tidak ada satupun kejadian di atas muka bumi ini yang merupakan suatu ‘kebetulan’ belaka, bahwa seluruh kejadian terjadi atas izin Allah sang penguasa kejadian.

Bandung Air Show yang tengah berlangsung kemarin heboh dengan kecelakaan pada salah satu pesawat yang terjatuh pada saat sedang melakukan manuver salto. Jika kita memandang dengan kacamata tanpa iman kita akan menganggap peristiwa itu sebagai sekedar peristiwa.  Namun jika kita pikirkan lebih dalam dengan semangat menambah keimanan, peristiwa tersebut sarat dengan hikmah. Pilot yang bertugas merupakan pilot dengan jam terbang di atas 2000 jam, lulusan dari Australia yang sudah teruji dalam berbagai penugasan, namun kecelakaan tetap terjadi. Tentu karena Allah memiliki rencana yang terbaik bagi sang pilot, bagi penyelenggara, bagi penonton dan bagi kita semua yang mengetahuinya.

Begitu pula menjelang pemberangkatan haji tahun ini, calon jemaah haji yang mengadakan syukuran. Jangan berprasangka buruk apabila setelah hajatan syukuran selesai namun tidak jadi berangkat ke tanah suci dengan berbagai macam sebab. Pada saat dihadapkan situasi seperti ini, kita dituntut untuk lebih peka menyibak hikmah yang tersembunyi. Tidak jadi berangkat haji padahal syukuran bukan berarti Allah menolak niat yang bersangkutan, mungkin Allah merencanakan haji yang lebih sempurna di kemudian hari setelah calon jemaah ini mempertebal iman dan ilmunya pasca tertunda keberangkatan hajinya.

Tidak ada yang buruk dalam tiap peristiwa, karena Allah selalu memberikan yang terbaik bagi mahluknya. Ingatlah bahwa tidak ada yang mencintai kita lebih dari yang menciptakan. Yang berbahaya dan bisa menjadi keburukan adalah cara kita menyikapi peristiwa takdir Allah. Jika tidak berhati-hati kita dapat terjebak dalam keputusasaan, dendam, jengkel, tidak menerima keadaan dan hal-hal tidak berguna lain yang membuat kita tidak dapat bergerak maju. Berusahalah untuk mencari hikmah dari setiap peristiwa dan yang terpenting berprasangka baik terhadap setiap takdir Allah.

Bertaubat yang sungguh-sungguh akan membantu membeningkan hati kita. Semakin bening maka akan semakin  mudah kita mencerna maksud dari setiap peristiwa yang diizinkan Allah, semakin bersih hati kita akan semakin peka pula kita akan hikmah takdir Allah. Maka dari itu sering-seringlah bertaubat dan mari cermat meyikapi takdir Allah.

bagaimana cara bersyukur

Syukur mencakup tiga sisi:
a. Syukur dengan hati, yaitu kepuasan batin atas anugerah.
b. Syukur dengan lidah, dengan mengakui anugerah dan memuji pemberinya.
c. Syukur dengan perbuatan, dengan memanfaatkan anugerah yang diperoleh sesuai dengan tujuan penganugerahannya.


Uraian Al-Quran tentang syukur mencakup sekian banyak aspek. Berikut akan dikemukakan sebagian di antaranya.


a. Syukur dengan hati
Syukur dengan hati dilakukan dengan menyadari sepenuhnya bahwa nikmat yang diperoleh adalah semata-mata karena anugerah dan kemurahan Ilahi. Syukur dengan hati mengantar manusia untuk menerima anugerah dengan penuh kerelaan tanpa menggerutu dan keberatan betapapun kecilnya nikmat tersebut. Syukur ini juga mengharuskan yang bersyukur menyadari betapa besar kemurahan, dan kasih sayang Ilahi sehingga terlontar dari lidahuya pujian kepada-Nya. Qarun yang mengingkari keberhasilannya atas bantuan Ilahi, dan menegaskan bahwa itu diperolehnya semata-mata karena kemampuannya, dinilai oleh Al-Quran sebagai kafir atau tidak mensyukuri nikmat-Nya (Baca kisahnya dalam surat Al-Qashash (28): 76-82).

Seorang yang bersyukur dengan hatinya saat ditimpa mala petaka pun, boleh jadi dapat memuji Tuhan, bukan atas malapetaka itu, tetapi karena terbayang olehnya bahwa yang dialaminya pasti lebih kecil dari kemungkinan lain yang dapat terjadi. Dari sini syukur --seperti makna yang dikemukakan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia yang dikutip di atas-- diartikan oleh orang yang bersyukur dengan "untung" (merasa lega, karena yang dialami lebih ringan dari yang dapat terjadi).

Dari kesadaran tentang makna-makna di atas, seseorang akan tersungkur sujud untuk menyatakan perasaan syukurnya kepada Allah.

Sujud syukur adalah perwujudan dari kesyukuran dengan hati, yang dilakukan saat hati dan pikiran menyadari betapa besar nikmat yang dianugerahkan Allah. Bahkan sujud syukur dapat dilakukan saat melihat penderitaan orang lain dengan membandingkan keadaannya dengan keadaan orang yang sujud. (Tentu saja sujud tersebut tidak dilakukan dihadapan si penderita itu).


Sujud syukur dilakukan dengan meletakkan semua anggota sujud di lantai yakni dahi, kedua telapak tangan, kedua lutut dan kedua ujung jari kaki)--seperti melakukan sujud dalam shalat. Hanya saja sujud syukur cukup dengan sekali sujud, bukan dua kali sebagaimana dalam shalat. Karena sujud itu bukan bagian dan shalat, maka mayoritas ulama berpendapat bahwa sujud sah walaupun dilakukan tanpa berwudu, karena sujud dapat dilakukan sewaktu-waktu dan secara spontanitas. Namun tentunya akan sangat baik bila melakukan sujud disertai dengan wudu.

b. Syukur dengan lidah
Syukur dengan lidah adalah mengakui dengan ucapan bahwa sumber nikmat adalah Allah sambil memuji-Nya.

Al-Quran, seperti telah dikemukakan di atas, mengajarkan agar pujian kepada Allah disampaikan dengan redaksi "al-hamdulillah."

Hamd (pujian) disampaikan secara lisan kepada yang dipuji, walaupun ia tidak memberi apa pun baik kepada si pemuji maupun kepada yang lain.
Kata "al" pada "al-hamdulillah" oleh pakar-pakar bahasa disebut al lil-istighraq, yakni mengandung arti "keseluruhan". Sehingga kata "al-hamdu" yang ditujukan kepada Allah mengandung arti bahwa yang paling berhak menerima segala pujian adalah Allah Swt., bahkan seluruh pujian harus tertuju dan bermuara kepada-Nya.


Jika kita mengembalikan segala puji kepada Allah, maka itu berarti pada saat Anda memuji seseorang karena kebaikan atau kecantikannya, maka pujian tersebut pada akhirnya harus dikembalikan kepada Allah Swt., sebab kecantikan dan kebaikan itu bersumber dari Allah. Di sisi lain kalau pada 1ahirnya ada perbuatan atau ketetapan Tuhan yang mungkin oleh kacamata manusia dinilai "kurang baik", maka harus disadari bahwa penilaian tersebut adalah akibat keterbatasan manusia dalam menetapkan tolok ukur penilaiannya. Dengan demikian pasti ada sesuatu yang luput dari jangkauan pandangannya sehingga penilaiannya menjadi demikian. Walhasil, syukur dengan lidah adalah "al- hamdulillah" (segala puji bagi Allah).


c. Syukur dengan perbuatan
Nabi Daud a.s. beserta putranya Nabi Sulaiman a.s. memperoleh aneka nikmat yang tiada taranya. Kepada mereka sekeluarga Allah berpesan,
Bekerjalah wahai keluarga Daud sebagai tanda syukur! (QS Saba [34]: 13).


Yang dimaksud dengan bekerja adalah menggunakan nikmat yang diperoleh itu sesuai dengan tujuan penciptaan atau penganugerahannya.


Ini berarti, setiap nikmat yang diperoleh menuntut penerimanya agar merenungkan tujuan dianugerahkannya nikmat tersebut oleh Allah. Ambillah sebagai contoh lautan yang diciptakan oleh Allah Swt. Ditemukan dalam Al-Quran penjelasan tentang tujuan penciptaannya melalui firman-Nya:
Dialah (Allah) yang menundukkan 1autan (untuk kamu) agar kamu dapat memakan darinya daging (ikan) yang segar, dan (agar) kamu mengeluarkan dan lautan itu perhiasan yang kamu pakai, dan kamu melihat bahtera berlayar padanya, dan supaya kamu mencari karunia-Nya (selain yang telah disebut) semoga kamu bersyukur (QS An-Nahl [16]: 14).


Ayat ini menjelaskan tujuan penciptaan laut, sehingga mensyukuri nikmat laut, menuntut dari yang bersyukur untuk mencari ikan-ikannya, mutiara dan hiasan yang lain, serta menuntut pula untuk menciptakan kapal-kapal yang dapat mengarunginya, bahkan aneka pemanfaatan yang dicakup oleh kalimat "mencari karunia-~Nya".


Dalam konteks inilah terutama realisasi dan janji Allah,
Apabila kamu bersyukur maka pasti akan Kutambah (nikmat-Ku) (QS Ibrahim [14]: 7)

Betapa anugerah Tuhan tidak akan bertambah, kalau setiap jengkal tanah yang terhampar di bumi, setiap hembusan angin yang bertiup di udara, setiap tetes hujan yang tercurah dan langit dipelihara dan dimanfaatkan oleh manusia?


Di sisi lain, lanjutan ayat di atas menjelaskan bahwa "Kalau kamu kufur (tidak mensyukuri nikmat atau menutupinya tidak menampakkan nikmatnya yang masih terpendam di perut bumi, di dasar laut atau di angkasa), maka sesungguhnya siksa-Ku amat pedih." Suatu hal yang menarik untuk disimak dari redaksi ayat ini adalah kesyukuran dihadapkan dengan janji yang pasti lagi tegas dan bersumber dari-Nya langsung (QS Ibrahim [14):7) Tetapi akibat kekufuran hanya isyarat tentang siksa; itu pun tidak ditegaskan bahwa ia pasti akan menimpa yang tidak bersyukur(QS Ibrahim [14]:7).


Siksa dimaksud antara lain adalah rasa lapar, cemas, dan takut.

Allah telah membuat satu perumpamaan (dengan) sebuah negeri yang dahulunya aman lagi tenteram, rezekinya datang kepadanya melimpah ruah dari segenap penjuru, tetapi (penduduknya) kufur (tidak bersyukur atau tidak bekerja untuk menampakkan) nikmat-nikmat Allah (yang terpendam). Oleh karena itu, Allah menjadikan mereka mengenakan pakaian kelaparan dan ketakutan disebabkan oleh perbuatan (ulah) yang selalu mereka lakukan (QS An-Nahl [16]: 112).

Pengalaman pahit yang dilukiskan Allah ini, telah terjadi terhadap sekian banyak masyarakat bangsa, antara lain, kaum Saba --satu suku bangsa yang hidup di Yaman dan yang pernah dipimpin oleh seorang Ratu yang amat bijaksana, yaitu Ratu Balqis Surat Saba (34): 15-19 menguraikan kisah mereka, yakni satu masyarakat yang terjalin persatuan dan kesatuannya, melimpah ruah rezekinya dan subur tanah airnya. Negeri merekalah yang dilukiskan oleh Al-Quran dengan baldatun thayyibatun wa Rabbun Ghafur. Mereka pulalah yang diperintah dalam ayat-ayat tersebut untuk bersyukur, tetapi mereka berpaling dan enggan sehingga akhirnya mereka berserak-serakkan, tanahnya berubah menjadi gersang, komunikasi dan transportasi antar kota-kotanya yang tadinya lancar menjadi terputus, yang tinggal hanya kenangan dan buah bibir orang saja. Demikian uraian Al-Quran. Dalam konteks keadaan mereka, Allah berfirman,


Demikianlah Kami memberi balasan kepada mereka disebabkan kekufuran (keengganan bersyukur) mereka. Kami tidak menjatuhkan siksa yang demikian kecuali kepada orang-orang yang kufur(QS Saba [34]: 17).


Itulah sebagian makna firman Allah yang sangat populer:
Jika kamu bersyukur pasti akan Kutambah (nikmat-Ku) untukmu, dan bila kamu kufur, maka sesungguhnya siksa-Ku amat pedih (QS Ibrahim [14]: 7).
*df
----------------------------------------------
WAWASAN AL-QURAN
Tafsir Maudhu'i atas Pelbagai Persoalan Umat
Dr. M. Quraish Shihab, M.A.
Penerbit Mizan

semua karena Allah

Persahabatan yang paling agung adalah persahabatan yang dijalin di jalan Allah dan karena Allah, bukan untuk mendapatkan manfaat dunia, materi, jabatan atau sejenisnya. Persahabatan yang dijalin untuk saling mendapatkan keuntungan duniawi sifatnya sangat sementara. Bila keuntungan tersebut telah sirna, maka persahabatan pun putus.

Berbeda dengan persahabatan yang dijalin karena Allah, tidak ada tujuan apa pun dalam persahabatan mereka, selain untuk mendapatkan ridha Allah. Orang yang semacam inilah yang kelak pada Hari Kiamat akan mendapat janji Allah. Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam bersabda,

“Sesungguhnya Allah pada Hari Kiamat berseru, ‘Di mana orang-orang yang saling mencintai karena keagungan-Ku? Pada hari ini akan Aku lindungi mereka dalam lindungan-Ku, pada hari yang tidak ada perlindungan, kecuali per-lindungan-Ku.” (HR. Muslim)

Dari Mu’adz bin Jabalzia berkata, “Aku mendengar Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam bersabda, Allah Tabaraka wa Ta’ala berfirman, “Wajib untuk mendapatkan kecintaan-Ku orang-orang yang saling mencintai karena Aku dan yang saling berkunjung karena Aku dan yang saling berkorban karena Aku.” (HR. Ahmad).

Mencintainya seperti mencintai dirinya sendiriعَنْ أَنَسٍ رضي الله عنه عَنْ النَّبِيِّ قَالَ: «لَا يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى يُحِبَّ لِأَخِيهِ مَا يُحِبُّ لِنَفْسِهِ».Dari Anas ra, dari Nabi `Shallallahu ‘alaihi wa salam bersabda; tidak beriman seorang di antara kalian hingga mencintai saudaranya seperti mencintai dirinya (HR al-Bukhari)

 Seorang muslim adalah cermin saudara muslim lainnya. Jika salah seorang muslim melihat saudaranya berbuat baik, ia memberi semangat agar terus meningkatkan amal kebaikannya. Akan tetapi jika ia melihat saudaranya mengerjakan sesuatu yang kurang sempurna, ia akan menasihatinya dengan cara yang baik - secara diam-diam - dan menganjurkan agar ia bertaubat kepada Allah untuk kembali ke petunjuk Dinul Haq.Rasulullah `Shallallahu ‘alaihi wa salam membaiat para sahabat dengan nasihat yang ikhlas semata-mata karena Allah agar mereka menjadi da’i yang ikhlas, penunjuk jalan yang baik, dan menjadi mujahid dakwah, di manapun mereka berada dan kemana pun mereka berjalan.

Sekuat-kuat ikatan iman adalah bersahabat karena Allah, cinta karena Allah, dan membenci karena Allah” (HR. Thabrani dari Ibnu Abbas Ra)

Salam,

Jumat, 18 Maret 2011

cara bersyukur kepada Allah

“Maha Suci Allah yang menjadikan di langit gugusan-gugusan bintang dan Dia menjadikan juga padanya matahari dan bulan yang bercahaya.
Dan Dia (pula) yang menjadikan malam dan siang silih berganti bagi orang yang ingin mengambil pelajaran atau orang yang ingin bersyukur.”  (QS 25:61-62)

''Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tak dapat menentukan jumlahnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.'' (QS 16: 18).

Bersyukur merupakan salah satu kewajiban setiap orang kepada Allah. Begitu wajibnya bersyukur, Nabi Muhammad yang jelas-jelas dijamin masuk surga, masih menyempatkan diri bersyukur kepada Allah. Dalam sebuah hadis disebutkan, Nabi selalu menunaikan shalat tahajud, memohon maghfirah dan bermunajat kepada-Nya. Seusai shalat, Nabi berdoa kepada Allah hingga shalat Subuh.

Para ulama mengemukakan tiga cara bersyukur kepada Allah.
Pertama, bersyukur dengan hati nurani. Kata hati alias nurani selalu benar dan jujur. Untuk itu, orang yang bersyukur dengan hati nuraninya sebenarnya tidak akan pernah mengingkari banyaknya nikmat Allah. Dengan detak hati yang paling dalam, kita sebenarnya mampu menyadari seluruh nikmat yang kita peroleh setiap detik hidup kita tidak lain berasal dari Allah. Hanya Allahlah yang mampu menganugerahkan nikmat-Nya

Kedua, bersyukur dengan ucapan. Lidahlah yang biasa melafalkan kata-kata. Ungkapan yang paling baik untuk menyatakan syukur kita kepada Allah adalah hamdalah. Dalam sebuah hadis, Rasulullah bersabda, ''Barangsiapa mengucapkan subhanallah, maka baginya 10 kebaikan. Barangsiapa membaca lailahaillallah, maka baginya 20 kebaikan. Dan, barangsiapa membaca alhamdulillah, maka baginya 30 kebaikan.''

Ketiga, bersyukur dengan perbuatan, yang biasanya dilakukan anggota tubuh. Tubuh yang diberikan Allah kepada manusia sebaiknya dipergunakan untuk hal-hal yang positif. Menurut Imam al-Ghazali, ada tujuh anggota tubuh yang harus dimaksimalkan untuk bersyukur. Antara lain, mata, telinga, lidah, tangan, perut, kemaluan, dan kaki. Seluruh anggota ini diciptakan Allah sebagai nikmat-Nya untuk kita. Lidah, misalnya, hanya untuk mengeluarkan kata-kata yang baik, berzikir, dan mengungkapkan nikmat yang kita rasakan. Allah berfirman, ''Dan terhadap nikmat Tuhanmu, hendaklah kamu menyebut-nyebutnya (dengan bersyukur).'' (QS 93: 11).


Meneratas Jalan Panjang

Sahabat...
Ada bayak hal yang datang tanpa diundang
...hadir tanpa sebab...
Dan banyak hal yang pergi tanpa disadari
...meninggalkan tanpa diharapkan
Ada banyak waktu yang pernah kita lalui
...seolah tanpa makna dan terkurung kesibukan basi tanpa limitasi
Ntah sampai kapan..., dan tak ada yang tahu

Sesuatu yang ingin segera berakhir...,

Malah langgeng dan terus datang bertubi - tubi
Dan ada sesuatu yang ingin segera datang
Malah tak pernah hadir dan tak pernah terbayangkan

Ada kalanya kita merasa begitu dekat dengan seseorang

...bahkan ada asa yang selama ini dipendam begitu dalam
Padahal ia bukan siapa - siapa...
...bukan bagian dari keluarga
...bukan bagian dari sepenggal cerita di SMA
...bukan lembar impian yang pernah tercatat dalam seberkas harapan
Tapi keberadaannya...,sungguh bisa kita rasakan...
Ada sejuta ungkapan yang tak bisa dikatakan
Dan cukup terkubur di lubuk hati dengan "Nisan Tanpa Nama"
Menghilang tanpa alasan...
Menghindari dan pergi tanpa memberi arti
Berusaha melupakan suatu cerita yang pernah dilalui bersama
...dipenggal - penggal bak seorang sutradara

Namun sekencang apapun kita berlari...

Kita tak bisa pungkiri...
...bahwa masih banyak serpihan hati yang tercecer dalam memori
Sebuah pengingkaran atas keberadaan
Sebuah pengakuan atas ketidakberpihakan
Sebuah harapan yang lama terpendam,
...terpenjara dalam satuan waktu dan kemustahilan
...kecuali waktu bisa kembali ke masa lalu
Meneratas jalan panjang yang sesungguhnya takkan pernah kembali

Bangunlah...

Tuk wujudkan sebuah realita masa depan
Tanpa ada beban sejarah masa lalu
...kecuali sebagai pelajaran yang pernah kita hadapi
Kita hidup saat ini...
...yang butuh konsentrasi dan kesungguhan dalam menjalaninya
Kitapun memiliki banyak masa depan penuh harapan
...yang harus terus kita rintis tuk menggapainya
Tapi jangan lupa...
Bahwa ada tangan Allah yang selalu menentukan segalanya
Bermunajatlah...
...karena sesungguhnya Allah selalu bersama kita
Dan Ia senang...melihat hamba-Nya yang sering bermunajat
Allah takkan pernah galau dan miskin hanya karena sejuta permohonan kita
Bahkan Ia kan semakin mendekati kita...
...ketika kita ada niat dan berusaha tuk mendekati-Nya

Kamis, 17 Maret 2011

~::*menangislah,. kadang manusia terlalu sombong untuk menangis..~

Maha suci Allah yang menciptakan alam semesta dan seluruh isinya , serta menguasai dan mentadbirnya.Semoga kita tergolong daripada kalangan yang mendapat keredhaan dan rahmat dari Allah.Mudah-mudahan terpelihara diri daripada segala kekotoran maksiat dan noda. Semoga kita mampu menyucikan diri sebagai persediaan menemuiNya kelak. Berbahagialah orang yang menyedari betapa indah dan nikmatnya mengetahui mengenai cara menjadi hamba Allah yang terpimpin dengan sinaran iman dan Islam yang hakiki.Mereka tidak rela biarpun sesaat dari usia mereka ,kecuali yang membawanya kepada jalan yang mendapat curahan kasih sayang dan reda daripada Allah.. Dengan itu duhai saudaraku, ketahuilah rahsia sebuah tangisan..
Tangisan hamba kerana Allah, yang juga merupakan jalan untuk menggapai redha dan rahmatNya.

Biasanya, bila disebut tentang perbuatan menangis atau tangisan..apa yang terlintas di fikiran kita?? Kekalahan? Kekecewaan?? Atau kelemahan?? Atau mungkin kegembiraan atau keterharuan.?? Hakikatnya, tangisan , jika kena caranya lebih bernilai dari segalanya..Ana teringat sebuah lirik nasyid yang cukup indah..

Tak ternilai air mata dengan permata,
yang bisa memadamkan api neraka,
andai benar mengalir dari nasuha nurani,
takkan berpaling pada palsu duniawi..

Sebagaimana yang dapat kita fahami dari sabda Rasulullah s.a.w:
“Dan seseorang yang berzikir mengingati Allah dalam keadaan sendirian,lalu berlinanglah air matanya kerana takutkan Allah.” (Riwayat Bukhari)

Air mata yang gugur kerana takutkan Allah dan menginsafi dosa dan kesalahan merupakan air mata yang sangat istimewa..yakni tangisan yang dianugerahkan Allah s.w.t kepada hambaNya.

Sehingga Rasulullah s.a.w seringkali berdoa :
“ Ya Allah berilah aku rezeki dua mata yang menangis kerana takut kepada Engkau sebelum air mata ini habis”

Tangisan ini tidak bersifat melemahkan semangat, bahkan ia boleh menghidupkan jiwa yang sudah lama mati. Ia tidak mendatangkan rasa putus asa dan kesakitan, bahkan air mata ibarat gelombang membangkitkan semangat optimis, kecekalan dan azam gelora. Tangisan ini bisa mendatangkan kelembutan hati dan membangkitkan rasa takut kepada Allah.

Saidina Ali bin Abi Talib berkata: “Sesungguhya aku menyaksikan sahabat Rasululllah s.a.w tetapi kini aku tidak menemukan lagi seperti mereka. Sesungguhnya mereka berpagi-pagian dalam keadaan yang kusut, mata yang bengkak kerana menangis ketika Qiam pada malam hari, mereka membaca Al-Quran sambil berdiri,duduk dan berbaring pada lambung mereka. Mereka berzikir dengan tubuh yang bergoncang bagaikan pohon ditiup angin kuat sedangkan mata mereka basah oleh air mata sehingga membasahi pakaian mereka…

Duhai saudaraku, lihatlah! Dengan begitu sekali para sahabat menangis demi takut dan cintanya pada Allah.. Layaklah bagi mereka syurga ALLAH..
KITA PULA BAGAIMANA ??????
Adakah lebih banyak menangis kerana takutkan selainNya??
Atau seringkali menangis kerana gagal dalam mengejar cinta makhluk??
NAUZUBILLAH..

Bercerita mengenai erti sebuah tangisan ni, eloklah rasanya untuk ana berkongsi sebuah kisah tersebut dalam kitab ‘Raqaiqil Akhbar’ yang mana kisah ini menerangkan kepada kita fadhilat sebuah tangisan kerana takutkan Allah.. Pada hari kiamat seorang hamba dipanggil. Oleh kerana amalan buruknya lebih banyak , maka diperintahkan dia masuk Neraka, kemudian sehelai rambut di pipinya berkata: “ ya Tuhanku , utusanMu Muhammad telah bersabda, “Barangsiapa menangis kerana takut kepada Allah, maka Allah mengharamkan mata itu dalam neraka,” Dan sesunguhnya aku telah menangis kerana takut kepada Engkau,” Lalu Allah mengampuni dan menyelamatkannya daripada api Neraka berkat sehelai rambut.Kemudian Jibril mengumumkan “Fulan bin Fulan telah selamat berkat sehelai rambut!”

Dan kisah yang kedua pula yang tertulis dalam kitab ‘bidayatul Hidayah’:
“Manakala hari kiamat , didatangkanlah api yang bergemuruh. Hingga menggetarkan hati setiap umat . Ketika mereka mendekatinya, gemuruh semakin keras. Hingga terdengar dari jarak perjalanan lima ratus tahun. Setiap orang sampai para nabi berkata : “Nafsi-nafsi” (sendiri-sendiri). Kecuali Nabi Muhammad s.a.w. Beliau berkata, “umatku-umatku.” Kemudian keluarlah api bagaikan gunung. Umat Muhammad berusaha menolaknya sambil berkata: “Demi orang-orang yang bersolat. Demi orang-orang shiddiq. Demi orang-orang yang khusyuk. Dan demi orang-orang yang berpuasa. Kembalilah engkau wahai api!” Tetapi api itu tidak juga kembali. Jibril a.s. berkata: “sesungguhnya api hendak membakar umat Muhammad.” Lalu dia datang menghampiri Nabi Muhammad s.a.w dengan membawa segelas air sambil berkata: “Ambilah air ini. Percikkan ia ke api itu!” Kemudian Nabi memercikkan ke api itu. Dan seketika itu api menjadi padam. Lalu Nabi bertanya: “ Air apakah ini?”
Jibril berkata : “Itulah air mata umatmu yang menangis kerana takut kepada Allah dan sekarang aku diperintahkan untuk memberikan air itu kepadamu supaya engkau memercikkannya ke api sehingga padam dengan izin Allah.”

Begitu sekali keistimewaan air mata yang gugur kerana takutkan Allah, sungguh tidak sia-sia jika ia ditumpahkan pada yang hak, bukan? ..namun mengapa terkadang terlalu sukar untuk menginsafi diri dan mengalirkan airmata walaupun menyedari diri telah dikotori dosa dan maksiat..?? Mungkin saat itu syaitan dan nafsu sudah berjaya menakluki hatimu…jadi, berusahalah! Berusahalah memerdekakan dirimu dari tawanan syaitan dan nafsumu..yakinilah kau punya kekuatan untuk bangkit dari kelemahan iman jika kau mahu dan benar-benar berharap akan pertolonganNya..rayulah pertolongan dariNya agar dikuatkan iman yang lemah.. Pohonlah pertolonganNya dan berbaik sangkalah denganNya..

Sabda Nabi dalam sebuah hadis Qudsi :
Allah berfirman : “Aku di sisi sangkaan hambaKu padaKu”

Diceritakan juga : Ada lelaki yang jatuh hati kepada seorang wanita. Nak dijadikan cerita, pada satu malam, ketika wanita itu keluar untuk satu keperluannya, maka lelaki itu mengekorinya. Sesampai di kampung yang sunyi ketika orang lain telah tidur. Lelaki itu menyampaikan maksud hatinya. Si wanita itu pun menyahut “Lihatlah apakah orang-orang telah tidur semuanya?” Dengan demikian lelaki itu mengira bahawa maksud hatinya hendak dikabulkan. Dia mengelilingi kawasan itu dan melihat-melihat sejenak. Setelah jelas orang-orang telah tertidur, segera dia menghampiri wanita itu seraya berkata: “Benar semua orang telah tidur.” Lalu wanita itu bertanya: “Bagaimanakah pendapatmu dengan Allah?” “Apakah saat ini Dia juga tidur?” Lelaki itu menjawab : “sesungguhnya Allah tidak pernah tidur.” Wanita itu lalu berkata lagi : “Sesungguhnya Zat yang tidak pernah tidur akan melihat kita meskipun manusia sedang tidur lelap tidak melihat kita. Oleh kerananya Dia lebih berhak kita takuti.” Dengan segera lelaki itu meninggalkan perempuan tersebut dengan penuh keinsafan dan kerana dia takut kepada Allah. Dia pulang ke rumahnya dan bertaubat. Setelah dia meninggal dunia ada seorang bermimpi bertemu dengannya. Lalu ditanya : “ Apakah yang dilakukan oleh Allah kepadamu?” Lelaki itu menjawab: “ Allah telah mengampuniku kerana ketakutanku dan meninggalkan dosa itu.”

Akhir kalam , akan ana ceritakan sebuah lagi kisah, yang terdapat dalam kitab Zahrir Riyadh untuk kita renungkan bersama dan untuk kita sedari betapa bernilainya air mata..

Dirawikan dari Nabi s.a.w, sesungguhnya beliau bersabda: “Ketika telah masuk ahli syurga, mereka disambut oleh para malaikat dengan segala kebaikan dan kenikmatan. Dipersilakan untuk mereka singgahsana berpermaidani indah. Disajikan untuk mereka segala rupa makanan dan minuman yang lazat. Oleh itu mereka menjadi kehairanan. Kemudian Allah berfirman : “Wahai hamba-hambaKu mengapakah engkau hairan? Ini bukan tempat untuk merasa hairan.” Mereka menjawab, “Janji untuk kami telah tiba waktunya.” Kemudian Allah berfirman kepada malaikat, “bukalah tabir daripada muka mereka. Malaikat menjawab , “Wahai Tuhanku bagaimana dapat melihat Engkau? Sedangkan mereka itu derhaka.” Allah berfirman lagi, “bukakan tabir! Sesungguhnya mereka telah berzikir, bersujud dan menangis di dunia kerana ingin berjumpa denganKu.” Lalu malaikat membukakan tabir. Sehingga mereka dapat melihat. Maka segera mereka bersujud kepada Allah . Tetapi Allah berfirman : “angkatlah kepalamu. Ini bukan tempat beramal. Melainkan tempat keramat (kemuliaan )." Kemudian mereka nampak Allah dengan tanpa kaifiyah. Dia berkata kepada mereka : “Salam sejahtera bagi engkau wahai hamba-hambaKu. Aku redha kepadamu .Apakah engkau telah redha kepadaKu?” Mereka menjawab: “Bagaimana kami tidak rela wahai Tuhan kami . Engkau telah memberi kami sesuatu yang belum pernah terlihat oleh mata, belum pernah terdengar oleh telinga bahkan belum pernah terlintas dalam hati manusia.”

Inilah yang dimaksudkan firman Allah:
“ Allah redha kepada mereka dan mereka pun redha kepadaNya” (al baiyinah : 8)

Dan Firman Allah :
“(Dan ucapan) selamat perkataan daripada Tuhan yang Pengasih” (Yaasin : 58)

Seusai ku baca kisah ini, menitis airmataku, memikirkan dosa yang terus menerus dilakukan..dan yang paling mengetuk hati, betapa Allah itu sempurna dengan sifatnya yang Maha Pengasih..bertambah-tambah sayu di hatiku bila memikirkan betapa Allah berlemah lembut dengan hambaNya..sungguh Dia sempurna dengan segala-galanya..dan sungguh dia lebih mengasihi mereka yang mengasihinya..

Firman Allah s.w.t di dalam hadis qudsi :
“AKu adalah mengikut prasangka baik hambaKu terhadapKu. Aku bersamanya apabila dia menyebut Aku. Jika dia menyebutKu dalam dirinya Aku menyebutnya dalam diriKu . Jika dia menyebutKu di hadapan kumpulan orang ramai maka Aku menyebutnya di hadapan kumpulan orang ramai yang lebih baik darinya. Jika dia mendekatkan diri kepadaKu sejengkal, Aku akan mendekatkan kepadanya sehasta, jika dia mendekatkan diri kepadaKu sehasta , Aku mendekatkan kepadanya sedepa. Jika dia datang kepadaKu berjalan Aku datang kepadanya berlari”

Oleh itu usahlah gugurkan air matamu bukan pada yang hak..Ia sungguh merugikan..Ingatlah, masih banyak dosa yang perlu kita tangisi. Sesunggunya tidak ada seorang pun yang pasti di manakah pengakhirannya.. syurga atau neraka.. semakin seseorang itu merasakan yang dia sangat baik dan tidak berdosa, orang itulah yang harus banyak bertaubat..

~::*Ya Allah… Lemahnya diri ini.. Kami pohon kekuatan daripadaMu. Tuntunilah langkah kami Biar hanya mampu merangkak, itu pasti lebih baik Daripada terus rebah dalam kaku. Berikan kami peluang Merentasi jalan yang Engkau redhai. Ampunilah kekhilafan semalam Atas kejahilan kami mengenal makna Kasih sayangMu... Ya Rabbal’alamin