Rabu, 30 Maret 2011

Aku ingin berhenti sejenak…

Aku ingin berhenti sejenak…
Saat semua puji itu terlampau…
Hati ini galau…
Jiwa terlena…
Lupa bahwa diri ini sebenarnya hina…

Aku ingin berhenti sejenak…
Saat kata yang terangkai dalam tulisan…
Membuat cinta untukMu terburai berhamburan…

Aku ingin berhenti sejenak…
Saat perbuatan mulai tak tulus…
Saat nurani mulai tak lurus…

Aku ingin berhenti sejenak…
Merenung dalam diam ...
Hanya ingin jujur dengan semua rasa yang terpendam…

Aku ingin berhenti sejenak…
Ingin membaca dan lebih memaknai lagi semua yang sudah aku tuliskan...
Ingin melihat semua yang sudah aku lakukan...

Aku ingin berhenti sejenak…
Saat semua puji itu salah alamat…
Ia mulai mengikis niat…

Aku ingin berhenti sejenak…
Tak pungkiri makin lama, aku merasa makin tak mengenali diri...
Aku tak ingin bertemu denganMu dalam keadaan yang seperti ini…

Aku ingin berhenti sejenak…
Meluruskan niat…
Memberi diri ini nasehat…
Agar aku bisa mengukir jejak indah, perjalananku ke akherat…

Ya Allah…
Aku datang dengan sekeping hati…
Sekeping hati yang menjerit…
Sekeping hati yang sakit…

Ya Allah…
Karena tak bersihnya niat…
Aku menjadi hambaMu yang selalu punya cacat…
Yaa aku selalu berpotensi untuk cacat karena aku bukan malaikat…
Meski aku bukan malaikat, aku hamba yang berusaha untuk selalu taat…

Ya Allah…
Karena tak ada kata terlambat untuk bertaubat…
Aku ingin berhenti sejenak…
Meluruskan niat untuk taat…

Ya Allah…
Ampuni dosaku...
Maaf untuk khilafku…

aku hanya manusia biasa

aku hanya manusia biasa yang bisa rapuh
aku hanya manusia biasa yang bisa berbuat dosa
aku hanya manusia biasa yang bisa jatuh
aku hanya manusia biasa yang mudah merana
yah aku hanya seorang muslimah yang baru belajar Islam yang kaffah
tapi aku sering merasakan terjatuh, meski hanya karena sebuah kerikil
sungguh aku bukanlah muslimah yang terbaik di mata siapapun
sungguh aku banyak berbuat dosa dan khilaf
tapi demi asma MU yang Maha Pemaaf
aku berusaha kembali bangkit dari setiap kelalaianku
berusaha tegak kembali dari setiap jatuhku
berusaha meraih kembali tujuan abadi ku
jika kau temui aku tengan jatuh
tolonglah kau bantu aku wahai saudaraku
jangan biarkan aku terperosok jika kau tahu didepanku ada lubang
ingatkan aku bila dalam perjalananku ada ranjau-ranjau
luruskan aku bila aku telah melenceng dari rel Nya
bersihkan aku jika kau lihat aku kotor
sirami aku dengan air jika aku terlihat kering
sungguh aku hanya manusia biasa yang membutuhkan bantuanmu wahai saudaraku
janganlah kau sungkan padaku, berfikir aku seorang yang kuat
aku hanyalah manusia biasa yang penuh dengan kelemahan
dan kau tahu itu, jadi jangan leraikan persaudaraan ini
bila aku terlihat menjauh darimu
ajak aku untuk bersama meniti jalan Illahi
saudaraku aku hanya manusia biasa
jangan berharap berlebihan padaku
sebab akupun tak berharap berlebihan padamu
cukup Allah sebagai penolongku
tapi pertolongan Allah membutuhkan perantaraanmu wahai saudaraku
jadi jangan tinggalkan aku
sebab aku hanya manusia biasa yang membutuhkan persaudaraan mu.

Minggu, 27 Maret 2011

tipz jadi orang sukses

Ini adalah sebuah artikel menarik tentang "Tips jadi orang sukses dari A sampai Z" dari kiriman seorang rekan. Berikut ini artikelnya.
Menurut pakarnya, manusia sukses tidak cuma dari IQ saja.
Peran EQ (Emotional Intelligence) pada kesuksesan bahkan melebihi porsi IQ. Seorang pakar EQ bernama Patricia Patton memberikan tips bagaimana kita menemukan dan memupuk harga diri, yang disebutnya alfabet keberhasilan pribadi.
Yuk kita lihat apa maksudnya :
A : Accept.
Terimalah diri Anda sebagaimana adanya.
B : Believe.
Percayalah terhadap kemampuan Anda untuk meraih apa yang Anda inginkan dalam hidup.
C : Care.
Pedulilah pada kemampuan Anda meraih apa yang Anda inginkan dalam hidup.
D : Direct.
Arahkan pikiran pada hal-hal positif yang meningkatkan kepercayaan diri.
E : Earn.
Terimalah penghargaan yang diberi orang lain dengan tetap berusaha menjadi yang lebih baik
F : Face.
Hadapi masalah dengan benar dan yakin.
G : Go.
Berangkatlah dari kebenaran.
H : Homework.
Pekerjaan rumah adalah langkah penting untuk pengumpulan informasi.
I : Ignore.
Abaikan celaan orang yang menghalangi jalan Anda mencapai tujuan.
J : Jealously.
Rasa iri dapat membuat Anda tidak menghargai kelebihan Anda sendiri.
K : Keep.
Terus berusaha walaupun beberapa kali gagal.
L : Learn.
Belajar dari kesalahan dan berusaha untuk tidak mengulanginya.
M : Mind.
Perhatikan urusan sendiri dan tidak menyebar gosip tentang orang lain.
N : Never.
Jangan terlibat skAndal seks, obat terlarang, dan alkohol.
O : Observe.
Amatilah segala hal di sekeliling Anda. Perhatikan, dengarkan, dan belajar dari orang lain.
P : Patience.
Sabar adalah kekuatan tak ternilai yang membuat Anda terus berusaha.
Q : Question.
Pertanyaan perlu untuk mencari jawaban yang benar dan menambah ilmu.
R : Respect.
Hargai diri sendiri dan juga orang lain.
S : Self confidence, self esteem, self respect.
Percaya diri, harga diri, citra diri, penghormatan diri akan membebaskan kita dari saat-saat tegang.
T : Take.
Bertanggung jawab pada setiap tindakan Anda.
U : Understand.
Pahami bahwa hidup itu naik turun, namun tak ada yang dapat mengalahkan Anda.
V : Value.
Nilai diri sendiri dan orang lain, berusahalah melakukan yang lebih baik tiap saat.
W : Work.
Bekerja dengan giat, jangan lupa berdoa.
X : X'tra.
Usaha lebih keras membawa keberhasilan.
Y : You.
Anda dapat membuat suatu yang berbeda.
Z : Zero.
Usaha nol membawa hasil nol pula

ku harus berubah


Berubah menjadi lebih baik..
Itu kata yang saat ini aku tanamkan dalam2 di hati..
Seperti apa sih makna berubah menjadi lebih baik itu??
Siap menjalani semua tuntutannya tentunya..
Begitu seseorang berkata padaku..

Aku tau..
AKan banyak cobaan yang akan menghadang di depan..
Perjalanan tak akan selalu lurus..
Pasti ada yang namanya akan ada lubang..
Ada Belokan..
Ada keMacetan..
Ada Banjir..
Tapi yang sekarang menjadi pertanyaan untukku sendiri..
"Apakah aku telah dinyatakan beriman?"
Apabila aku telah dapat melewati semua godaan dan musibah tanpa tergoda dan terpengaruh oleh godaan syaitan..

Dari banyak kejadian yang terjadi kmarin..
Banyak hal yang aku katakan, aku masih sangat lemah..
harus lebih banyak membentengi diri..
Seseorang bilang,
"Apa kita dijamin memiliki waktu hidup yang msih lama?"
Tentu saja tidak kan..
Tidak ada yang menjamin,,
Hmm..benar sekali..menjadi perenungan yang begitu berarti..
Apa aku ingin meninggal dalam keadaan hina seperti ini??
Tentu saja tidak,aku belum memiliki amalan apapun yang dapat aku perlihatkan kepada malaikat nanti..
Hanya dosa yang begitu bertumpuk..T.T

Seorang sahabat kembali mengingatkanku..
Dia bilang untuk berubah diperlukan
3M..
aPA Itu 3M?
Mulai dari Diri Sendiri..
Mulai dari hal kecil..
Dan Mulai dari Sekarang..

Dan tentunya harus keyakinan dalam diri,bahwa kita pasti bisa melakukannya..
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum kecuali kaum itu sendiri yang mengubah apa apa yang pada diri mereka ” QS 13:11.

Bismillaihirrahmanirrahim..
Bimbinglah HambaMu yang lemah ini Ya Rabb..a..min..

Selasa, 22 Maret 2011

cermat menyikapi taqdir Allah

Percayalah bahwa tidak ada satupun kejadian di atas muka bumi ini yang merupakan suatu ‘kebetulan’ belaka, bahwa seluruh kejadian terjadi atas izin Allah sang penguasa kejadian.

Bandung Air Show yang tengah berlangsung kemarin heboh dengan kecelakaan pada salah satu pesawat yang terjatuh pada saat sedang melakukan manuver salto. Jika kita memandang dengan kacamata tanpa iman kita akan menganggap peristiwa itu sebagai sekedar peristiwa.  Namun jika kita pikirkan lebih dalam dengan semangat menambah keimanan, peristiwa tersebut sarat dengan hikmah. Pilot yang bertugas merupakan pilot dengan jam terbang di atas 2000 jam, lulusan dari Australia yang sudah teruji dalam berbagai penugasan, namun kecelakaan tetap terjadi. Tentu karena Allah memiliki rencana yang terbaik bagi sang pilot, bagi penyelenggara, bagi penonton dan bagi kita semua yang mengetahuinya.

Begitu pula menjelang pemberangkatan haji tahun ini, calon jemaah haji yang mengadakan syukuran. Jangan berprasangka buruk apabila setelah hajatan syukuran selesai namun tidak jadi berangkat ke tanah suci dengan berbagai macam sebab. Pada saat dihadapkan situasi seperti ini, kita dituntut untuk lebih peka menyibak hikmah yang tersembunyi. Tidak jadi berangkat haji padahal syukuran bukan berarti Allah menolak niat yang bersangkutan, mungkin Allah merencanakan haji yang lebih sempurna di kemudian hari setelah calon jemaah ini mempertebal iman dan ilmunya pasca tertunda keberangkatan hajinya.

Tidak ada yang buruk dalam tiap peristiwa, karena Allah selalu memberikan yang terbaik bagi mahluknya. Ingatlah bahwa tidak ada yang mencintai kita lebih dari yang menciptakan. Yang berbahaya dan bisa menjadi keburukan adalah cara kita menyikapi peristiwa takdir Allah. Jika tidak berhati-hati kita dapat terjebak dalam keputusasaan, dendam, jengkel, tidak menerima keadaan dan hal-hal tidak berguna lain yang membuat kita tidak dapat bergerak maju. Berusahalah untuk mencari hikmah dari setiap peristiwa dan yang terpenting berprasangka baik terhadap setiap takdir Allah.

Bertaubat yang sungguh-sungguh akan membantu membeningkan hati kita. Semakin bening maka akan semakin  mudah kita mencerna maksud dari setiap peristiwa yang diizinkan Allah, semakin bersih hati kita akan semakin peka pula kita akan hikmah takdir Allah. Maka dari itu sering-seringlah bertaubat dan mari cermat meyikapi takdir Allah.

bagaimana cara bersyukur

Syukur mencakup tiga sisi:
a. Syukur dengan hati, yaitu kepuasan batin atas anugerah.
b. Syukur dengan lidah, dengan mengakui anugerah dan memuji pemberinya.
c. Syukur dengan perbuatan, dengan memanfaatkan anugerah yang diperoleh sesuai dengan tujuan penganugerahannya.


Uraian Al-Quran tentang syukur mencakup sekian banyak aspek. Berikut akan dikemukakan sebagian di antaranya.


a. Syukur dengan hati
Syukur dengan hati dilakukan dengan menyadari sepenuhnya bahwa nikmat yang diperoleh adalah semata-mata karena anugerah dan kemurahan Ilahi. Syukur dengan hati mengantar manusia untuk menerima anugerah dengan penuh kerelaan tanpa menggerutu dan keberatan betapapun kecilnya nikmat tersebut. Syukur ini juga mengharuskan yang bersyukur menyadari betapa besar kemurahan, dan kasih sayang Ilahi sehingga terlontar dari lidahuya pujian kepada-Nya. Qarun yang mengingkari keberhasilannya atas bantuan Ilahi, dan menegaskan bahwa itu diperolehnya semata-mata karena kemampuannya, dinilai oleh Al-Quran sebagai kafir atau tidak mensyukuri nikmat-Nya (Baca kisahnya dalam surat Al-Qashash (28): 76-82).

Seorang yang bersyukur dengan hatinya saat ditimpa mala petaka pun, boleh jadi dapat memuji Tuhan, bukan atas malapetaka itu, tetapi karena terbayang olehnya bahwa yang dialaminya pasti lebih kecil dari kemungkinan lain yang dapat terjadi. Dari sini syukur --seperti makna yang dikemukakan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia yang dikutip di atas-- diartikan oleh orang yang bersyukur dengan "untung" (merasa lega, karena yang dialami lebih ringan dari yang dapat terjadi).

Dari kesadaran tentang makna-makna di atas, seseorang akan tersungkur sujud untuk menyatakan perasaan syukurnya kepada Allah.

Sujud syukur adalah perwujudan dari kesyukuran dengan hati, yang dilakukan saat hati dan pikiran menyadari betapa besar nikmat yang dianugerahkan Allah. Bahkan sujud syukur dapat dilakukan saat melihat penderitaan orang lain dengan membandingkan keadaannya dengan keadaan orang yang sujud. (Tentu saja sujud tersebut tidak dilakukan dihadapan si penderita itu).


Sujud syukur dilakukan dengan meletakkan semua anggota sujud di lantai yakni dahi, kedua telapak tangan, kedua lutut dan kedua ujung jari kaki)--seperti melakukan sujud dalam shalat. Hanya saja sujud syukur cukup dengan sekali sujud, bukan dua kali sebagaimana dalam shalat. Karena sujud itu bukan bagian dan shalat, maka mayoritas ulama berpendapat bahwa sujud sah walaupun dilakukan tanpa berwudu, karena sujud dapat dilakukan sewaktu-waktu dan secara spontanitas. Namun tentunya akan sangat baik bila melakukan sujud disertai dengan wudu.

b. Syukur dengan lidah
Syukur dengan lidah adalah mengakui dengan ucapan bahwa sumber nikmat adalah Allah sambil memuji-Nya.

Al-Quran, seperti telah dikemukakan di atas, mengajarkan agar pujian kepada Allah disampaikan dengan redaksi "al-hamdulillah."

Hamd (pujian) disampaikan secara lisan kepada yang dipuji, walaupun ia tidak memberi apa pun baik kepada si pemuji maupun kepada yang lain.
Kata "al" pada "al-hamdulillah" oleh pakar-pakar bahasa disebut al lil-istighraq, yakni mengandung arti "keseluruhan". Sehingga kata "al-hamdu" yang ditujukan kepada Allah mengandung arti bahwa yang paling berhak menerima segala pujian adalah Allah Swt., bahkan seluruh pujian harus tertuju dan bermuara kepada-Nya.


Jika kita mengembalikan segala puji kepada Allah, maka itu berarti pada saat Anda memuji seseorang karena kebaikan atau kecantikannya, maka pujian tersebut pada akhirnya harus dikembalikan kepada Allah Swt., sebab kecantikan dan kebaikan itu bersumber dari Allah. Di sisi lain kalau pada 1ahirnya ada perbuatan atau ketetapan Tuhan yang mungkin oleh kacamata manusia dinilai "kurang baik", maka harus disadari bahwa penilaian tersebut adalah akibat keterbatasan manusia dalam menetapkan tolok ukur penilaiannya. Dengan demikian pasti ada sesuatu yang luput dari jangkauan pandangannya sehingga penilaiannya menjadi demikian. Walhasil, syukur dengan lidah adalah "al- hamdulillah" (segala puji bagi Allah).


c. Syukur dengan perbuatan
Nabi Daud a.s. beserta putranya Nabi Sulaiman a.s. memperoleh aneka nikmat yang tiada taranya. Kepada mereka sekeluarga Allah berpesan,
Bekerjalah wahai keluarga Daud sebagai tanda syukur! (QS Saba [34]: 13).


Yang dimaksud dengan bekerja adalah menggunakan nikmat yang diperoleh itu sesuai dengan tujuan penciptaan atau penganugerahannya.


Ini berarti, setiap nikmat yang diperoleh menuntut penerimanya agar merenungkan tujuan dianugerahkannya nikmat tersebut oleh Allah. Ambillah sebagai contoh lautan yang diciptakan oleh Allah Swt. Ditemukan dalam Al-Quran penjelasan tentang tujuan penciptaannya melalui firman-Nya:
Dialah (Allah) yang menundukkan 1autan (untuk kamu) agar kamu dapat memakan darinya daging (ikan) yang segar, dan (agar) kamu mengeluarkan dan lautan itu perhiasan yang kamu pakai, dan kamu melihat bahtera berlayar padanya, dan supaya kamu mencari karunia-Nya (selain yang telah disebut) semoga kamu bersyukur (QS An-Nahl [16]: 14).


Ayat ini menjelaskan tujuan penciptaan laut, sehingga mensyukuri nikmat laut, menuntut dari yang bersyukur untuk mencari ikan-ikannya, mutiara dan hiasan yang lain, serta menuntut pula untuk menciptakan kapal-kapal yang dapat mengarunginya, bahkan aneka pemanfaatan yang dicakup oleh kalimat "mencari karunia-~Nya".


Dalam konteks inilah terutama realisasi dan janji Allah,
Apabila kamu bersyukur maka pasti akan Kutambah (nikmat-Ku) (QS Ibrahim [14]: 7)

Betapa anugerah Tuhan tidak akan bertambah, kalau setiap jengkal tanah yang terhampar di bumi, setiap hembusan angin yang bertiup di udara, setiap tetes hujan yang tercurah dan langit dipelihara dan dimanfaatkan oleh manusia?


Di sisi lain, lanjutan ayat di atas menjelaskan bahwa "Kalau kamu kufur (tidak mensyukuri nikmat atau menutupinya tidak menampakkan nikmatnya yang masih terpendam di perut bumi, di dasar laut atau di angkasa), maka sesungguhnya siksa-Ku amat pedih." Suatu hal yang menarik untuk disimak dari redaksi ayat ini adalah kesyukuran dihadapkan dengan janji yang pasti lagi tegas dan bersumber dari-Nya langsung (QS Ibrahim [14):7) Tetapi akibat kekufuran hanya isyarat tentang siksa; itu pun tidak ditegaskan bahwa ia pasti akan menimpa yang tidak bersyukur(QS Ibrahim [14]:7).


Siksa dimaksud antara lain adalah rasa lapar, cemas, dan takut.

Allah telah membuat satu perumpamaan (dengan) sebuah negeri yang dahulunya aman lagi tenteram, rezekinya datang kepadanya melimpah ruah dari segenap penjuru, tetapi (penduduknya) kufur (tidak bersyukur atau tidak bekerja untuk menampakkan) nikmat-nikmat Allah (yang terpendam). Oleh karena itu, Allah menjadikan mereka mengenakan pakaian kelaparan dan ketakutan disebabkan oleh perbuatan (ulah) yang selalu mereka lakukan (QS An-Nahl [16]: 112).

Pengalaman pahit yang dilukiskan Allah ini, telah terjadi terhadap sekian banyak masyarakat bangsa, antara lain, kaum Saba --satu suku bangsa yang hidup di Yaman dan yang pernah dipimpin oleh seorang Ratu yang amat bijaksana, yaitu Ratu Balqis Surat Saba (34): 15-19 menguraikan kisah mereka, yakni satu masyarakat yang terjalin persatuan dan kesatuannya, melimpah ruah rezekinya dan subur tanah airnya. Negeri merekalah yang dilukiskan oleh Al-Quran dengan baldatun thayyibatun wa Rabbun Ghafur. Mereka pulalah yang diperintah dalam ayat-ayat tersebut untuk bersyukur, tetapi mereka berpaling dan enggan sehingga akhirnya mereka berserak-serakkan, tanahnya berubah menjadi gersang, komunikasi dan transportasi antar kota-kotanya yang tadinya lancar menjadi terputus, yang tinggal hanya kenangan dan buah bibir orang saja. Demikian uraian Al-Quran. Dalam konteks keadaan mereka, Allah berfirman,


Demikianlah Kami memberi balasan kepada mereka disebabkan kekufuran (keengganan bersyukur) mereka. Kami tidak menjatuhkan siksa yang demikian kecuali kepada orang-orang yang kufur(QS Saba [34]: 17).


Itulah sebagian makna firman Allah yang sangat populer:
Jika kamu bersyukur pasti akan Kutambah (nikmat-Ku) untukmu, dan bila kamu kufur, maka sesungguhnya siksa-Ku amat pedih (QS Ibrahim [14]: 7).
*df
----------------------------------------------
WAWASAN AL-QURAN
Tafsir Maudhu'i atas Pelbagai Persoalan Umat
Dr. M. Quraish Shihab, M.A.
Penerbit Mizan

semua karena Allah

Persahabatan yang paling agung adalah persahabatan yang dijalin di jalan Allah dan karena Allah, bukan untuk mendapatkan manfaat dunia, materi, jabatan atau sejenisnya. Persahabatan yang dijalin untuk saling mendapatkan keuntungan duniawi sifatnya sangat sementara. Bila keuntungan tersebut telah sirna, maka persahabatan pun putus.

Berbeda dengan persahabatan yang dijalin karena Allah, tidak ada tujuan apa pun dalam persahabatan mereka, selain untuk mendapatkan ridha Allah. Orang yang semacam inilah yang kelak pada Hari Kiamat akan mendapat janji Allah. Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam bersabda,

“Sesungguhnya Allah pada Hari Kiamat berseru, ‘Di mana orang-orang yang saling mencintai karena keagungan-Ku? Pada hari ini akan Aku lindungi mereka dalam lindungan-Ku, pada hari yang tidak ada perlindungan, kecuali per-lindungan-Ku.” (HR. Muslim)

Dari Mu’adz bin Jabalzia berkata, “Aku mendengar Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam bersabda, Allah Tabaraka wa Ta’ala berfirman, “Wajib untuk mendapatkan kecintaan-Ku orang-orang yang saling mencintai karena Aku dan yang saling berkunjung karena Aku dan yang saling berkorban karena Aku.” (HR. Ahmad).

Mencintainya seperti mencintai dirinya sendiriعَنْ أَنَسٍ رضي الله عنه عَنْ النَّبِيِّ قَالَ: «لَا يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى يُحِبَّ لِأَخِيهِ مَا يُحِبُّ لِنَفْسِهِ».Dari Anas ra, dari Nabi `Shallallahu ‘alaihi wa salam bersabda; tidak beriman seorang di antara kalian hingga mencintai saudaranya seperti mencintai dirinya (HR al-Bukhari)

 Seorang muslim adalah cermin saudara muslim lainnya. Jika salah seorang muslim melihat saudaranya berbuat baik, ia memberi semangat agar terus meningkatkan amal kebaikannya. Akan tetapi jika ia melihat saudaranya mengerjakan sesuatu yang kurang sempurna, ia akan menasihatinya dengan cara yang baik - secara diam-diam - dan menganjurkan agar ia bertaubat kepada Allah untuk kembali ke petunjuk Dinul Haq.Rasulullah `Shallallahu ‘alaihi wa salam membaiat para sahabat dengan nasihat yang ikhlas semata-mata karena Allah agar mereka menjadi da’i yang ikhlas, penunjuk jalan yang baik, dan menjadi mujahid dakwah, di manapun mereka berada dan kemana pun mereka berjalan.

Sekuat-kuat ikatan iman adalah bersahabat karena Allah, cinta karena Allah, dan membenci karena Allah” (HR. Thabrani dari Ibnu Abbas Ra)

Salam,

Jumat, 18 Maret 2011

cara bersyukur kepada Allah

“Maha Suci Allah yang menjadikan di langit gugusan-gugusan bintang dan Dia menjadikan juga padanya matahari dan bulan yang bercahaya.
Dan Dia (pula) yang menjadikan malam dan siang silih berganti bagi orang yang ingin mengambil pelajaran atau orang yang ingin bersyukur.”  (QS 25:61-62)

''Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tak dapat menentukan jumlahnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.'' (QS 16: 18).

Bersyukur merupakan salah satu kewajiban setiap orang kepada Allah. Begitu wajibnya bersyukur, Nabi Muhammad yang jelas-jelas dijamin masuk surga, masih menyempatkan diri bersyukur kepada Allah. Dalam sebuah hadis disebutkan, Nabi selalu menunaikan shalat tahajud, memohon maghfirah dan bermunajat kepada-Nya. Seusai shalat, Nabi berdoa kepada Allah hingga shalat Subuh.

Para ulama mengemukakan tiga cara bersyukur kepada Allah.
Pertama, bersyukur dengan hati nurani. Kata hati alias nurani selalu benar dan jujur. Untuk itu, orang yang bersyukur dengan hati nuraninya sebenarnya tidak akan pernah mengingkari banyaknya nikmat Allah. Dengan detak hati yang paling dalam, kita sebenarnya mampu menyadari seluruh nikmat yang kita peroleh setiap detik hidup kita tidak lain berasal dari Allah. Hanya Allahlah yang mampu menganugerahkan nikmat-Nya

Kedua, bersyukur dengan ucapan. Lidahlah yang biasa melafalkan kata-kata. Ungkapan yang paling baik untuk menyatakan syukur kita kepada Allah adalah hamdalah. Dalam sebuah hadis, Rasulullah bersabda, ''Barangsiapa mengucapkan subhanallah, maka baginya 10 kebaikan. Barangsiapa membaca lailahaillallah, maka baginya 20 kebaikan. Dan, barangsiapa membaca alhamdulillah, maka baginya 30 kebaikan.''

Ketiga, bersyukur dengan perbuatan, yang biasanya dilakukan anggota tubuh. Tubuh yang diberikan Allah kepada manusia sebaiknya dipergunakan untuk hal-hal yang positif. Menurut Imam al-Ghazali, ada tujuh anggota tubuh yang harus dimaksimalkan untuk bersyukur. Antara lain, mata, telinga, lidah, tangan, perut, kemaluan, dan kaki. Seluruh anggota ini diciptakan Allah sebagai nikmat-Nya untuk kita. Lidah, misalnya, hanya untuk mengeluarkan kata-kata yang baik, berzikir, dan mengungkapkan nikmat yang kita rasakan. Allah berfirman, ''Dan terhadap nikmat Tuhanmu, hendaklah kamu menyebut-nyebutnya (dengan bersyukur).'' (QS 93: 11).


Meneratas Jalan Panjang

Sahabat...
Ada bayak hal yang datang tanpa diundang
...hadir tanpa sebab...
Dan banyak hal yang pergi tanpa disadari
...meninggalkan tanpa diharapkan
Ada banyak waktu yang pernah kita lalui
...seolah tanpa makna dan terkurung kesibukan basi tanpa limitasi
Ntah sampai kapan..., dan tak ada yang tahu

Sesuatu yang ingin segera berakhir...,

Malah langgeng dan terus datang bertubi - tubi
Dan ada sesuatu yang ingin segera datang
Malah tak pernah hadir dan tak pernah terbayangkan

Ada kalanya kita merasa begitu dekat dengan seseorang

...bahkan ada asa yang selama ini dipendam begitu dalam
Padahal ia bukan siapa - siapa...
...bukan bagian dari keluarga
...bukan bagian dari sepenggal cerita di SMA
...bukan lembar impian yang pernah tercatat dalam seberkas harapan
Tapi keberadaannya...,sungguh bisa kita rasakan...
Ada sejuta ungkapan yang tak bisa dikatakan
Dan cukup terkubur di lubuk hati dengan "Nisan Tanpa Nama"
Menghilang tanpa alasan...
Menghindari dan pergi tanpa memberi arti
Berusaha melupakan suatu cerita yang pernah dilalui bersama
...dipenggal - penggal bak seorang sutradara

Namun sekencang apapun kita berlari...

Kita tak bisa pungkiri...
...bahwa masih banyak serpihan hati yang tercecer dalam memori
Sebuah pengingkaran atas keberadaan
Sebuah pengakuan atas ketidakberpihakan
Sebuah harapan yang lama terpendam,
...terpenjara dalam satuan waktu dan kemustahilan
...kecuali waktu bisa kembali ke masa lalu
Meneratas jalan panjang yang sesungguhnya takkan pernah kembali

Bangunlah...

Tuk wujudkan sebuah realita masa depan
Tanpa ada beban sejarah masa lalu
...kecuali sebagai pelajaran yang pernah kita hadapi
Kita hidup saat ini...
...yang butuh konsentrasi dan kesungguhan dalam menjalaninya
Kitapun memiliki banyak masa depan penuh harapan
...yang harus terus kita rintis tuk menggapainya
Tapi jangan lupa...
Bahwa ada tangan Allah yang selalu menentukan segalanya
Bermunajatlah...
...karena sesungguhnya Allah selalu bersama kita
Dan Ia senang...melihat hamba-Nya yang sering bermunajat
Allah takkan pernah galau dan miskin hanya karena sejuta permohonan kita
Bahkan Ia kan semakin mendekati kita...
...ketika kita ada niat dan berusaha tuk mendekati-Nya

Kamis, 17 Maret 2011

~::*menangislah,. kadang manusia terlalu sombong untuk menangis..~

Maha suci Allah yang menciptakan alam semesta dan seluruh isinya , serta menguasai dan mentadbirnya.Semoga kita tergolong daripada kalangan yang mendapat keredhaan dan rahmat dari Allah.Mudah-mudahan terpelihara diri daripada segala kekotoran maksiat dan noda. Semoga kita mampu menyucikan diri sebagai persediaan menemuiNya kelak. Berbahagialah orang yang menyedari betapa indah dan nikmatnya mengetahui mengenai cara menjadi hamba Allah yang terpimpin dengan sinaran iman dan Islam yang hakiki.Mereka tidak rela biarpun sesaat dari usia mereka ,kecuali yang membawanya kepada jalan yang mendapat curahan kasih sayang dan reda daripada Allah.. Dengan itu duhai saudaraku, ketahuilah rahsia sebuah tangisan..
Tangisan hamba kerana Allah, yang juga merupakan jalan untuk menggapai redha dan rahmatNya.

Biasanya, bila disebut tentang perbuatan menangis atau tangisan..apa yang terlintas di fikiran kita?? Kekalahan? Kekecewaan?? Atau kelemahan?? Atau mungkin kegembiraan atau keterharuan.?? Hakikatnya, tangisan , jika kena caranya lebih bernilai dari segalanya..Ana teringat sebuah lirik nasyid yang cukup indah..

Tak ternilai air mata dengan permata,
yang bisa memadamkan api neraka,
andai benar mengalir dari nasuha nurani,
takkan berpaling pada palsu duniawi..

Sebagaimana yang dapat kita fahami dari sabda Rasulullah s.a.w:
“Dan seseorang yang berzikir mengingati Allah dalam keadaan sendirian,lalu berlinanglah air matanya kerana takutkan Allah.” (Riwayat Bukhari)

Air mata yang gugur kerana takutkan Allah dan menginsafi dosa dan kesalahan merupakan air mata yang sangat istimewa..yakni tangisan yang dianugerahkan Allah s.w.t kepada hambaNya.

Sehingga Rasulullah s.a.w seringkali berdoa :
“ Ya Allah berilah aku rezeki dua mata yang menangis kerana takut kepada Engkau sebelum air mata ini habis”

Tangisan ini tidak bersifat melemahkan semangat, bahkan ia boleh menghidupkan jiwa yang sudah lama mati. Ia tidak mendatangkan rasa putus asa dan kesakitan, bahkan air mata ibarat gelombang membangkitkan semangat optimis, kecekalan dan azam gelora. Tangisan ini bisa mendatangkan kelembutan hati dan membangkitkan rasa takut kepada Allah.

Saidina Ali bin Abi Talib berkata: “Sesungguhya aku menyaksikan sahabat Rasululllah s.a.w tetapi kini aku tidak menemukan lagi seperti mereka. Sesungguhnya mereka berpagi-pagian dalam keadaan yang kusut, mata yang bengkak kerana menangis ketika Qiam pada malam hari, mereka membaca Al-Quran sambil berdiri,duduk dan berbaring pada lambung mereka. Mereka berzikir dengan tubuh yang bergoncang bagaikan pohon ditiup angin kuat sedangkan mata mereka basah oleh air mata sehingga membasahi pakaian mereka…

Duhai saudaraku, lihatlah! Dengan begitu sekali para sahabat menangis demi takut dan cintanya pada Allah.. Layaklah bagi mereka syurga ALLAH..
KITA PULA BAGAIMANA ??????
Adakah lebih banyak menangis kerana takutkan selainNya??
Atau seringkali menangis kerana gagal dalam mengejar cinta makhluk??
NAUZUBILLAH..

Bercerita mengenai erti sebuah tangisan ni, eloklah rasanya untuk ana berkongsi sebuah kisah tersebut dalam kitab ‘Raqaiqil Akhbar’ yang mana kisah ini menerangkan kepada kita fadhilat sebuah tangisan kerana takutkan Allah.. Pada hari kiamat seorang hamba dipanggil. Oleh kerana amalan buruknya lebih banyak , maka diperintahkan dia masuk Neraka, kemudian sehelai rambut di pipinya berkata: “ ya Tuhanku , utusanMu Muhammad telah bersabda, “Barangsiapa menangis kerana takut kepada Allah, maka Allah mengharamkan mata itu dalam neraka,” Dan sesunguhnya aku telah menangis kerana takut kepada Engkau,” Lalu Allah mengampuni dan menyelamatkannya daripada api Neraka berkat sehelai rambut.Kemudian Jibril mengumumkan “Fulan bin Fulan telah selamat berkat sehelai rambut!”

Dan kisah yang kedua pula yang tertulis dalam kitab ‘bidayatul Hidayah’:
“Manakala hari kiamat , didatangkanlah api yang bergemuruh. Hingga menggetarkan hati setiap umat . Ketika mereka mendekatinya, gemuruh semakin keras. Hingga terdengar dari jarak perjalanan lima ratus tahun. Setiap orang sampai para nabi berkata : “Nafsi-nafsi” (sendiri-sendiri). Kecuali Nabi Muhammad s.a.w. Beliau berkata, “umatku-umatku.” Kemudian keluarlah api bagaikan gunung. Umat Muhammad berusaha menolaknya sambil berkata: “Demi orang-orang yang bersolat. Demi orang-orang shiddiq. Demi orang-orang yang khusyuk. Dan demi orang-orang yang berpuasa. Kembalilah engkau wahai api!” Tetapi api itu tidak juga kembali. Jibril a.s. berkata: “sesungguhnya api hendak membakar umat Muhammad.” Lalu dia datang menghampiri Nabi Muhammad s.a.w dengan membawa segelas air sambil berkata: “Ambilah air ini. Percikkan ia ke api itu!” Kemudian Nabi memercikkan ke api itu. Dan seketika itu api menjadi padam. Lalu Nabi bertanya: “ Air apakah ini?”
Jibril berkata : “Itulah air mata umatmu yang menangis kerana takut kepada Allah dan sekarang aku diperintahkan untuk memberikan air itu kepadamu supaya engkau memercikkannya ke api sehingga padam dengan izin Allah.”

Begitu sekali keistimewaan air mata yang gugur kerana takutkan Allah, sungguh tidak sia-sia jika ia ditumpahkan pada yang hak, bukan? ..namun mengapa terkadang terlalu sukar untuk menginsafi diri dan mengalirkan airmata walaupun menyedari diri telah dikotori dosa dan maksiat..?? Mungkin saat itu syaitan dan nafsu sudah berjaya menakluki hatimu…jadi, berusahalah! Berusahalah memerdekakan dirimu dari tawanan syaitan dan nafsumu..yakinilah kau punya kekuatan untuk bangkit dari kelemahan iman jika kau mahu dan benar-benar berharap akan pertolonganNya..rayulah pertolongan dariNya agar dikuatkan iman yang lemah.. Pohonlah pertolonganNya dan berbaik sangkalah denganNya..

Sabda Nabi dalam sebuah hadis Qudsi :
Allah berfirman : “Aku di sisi sangkaan hambaKu padaKu”

Diceritakan juga : Ada lelaki yang jatuh hati kepada seorang wanita. Nak dijadikan cerita, pada satu malam, ketika wanita itu keluar untuk satu keperluannya, maka lelaki itu mengekorinya. Sesampai di kampung yang sunyi ketika orang lain telah tidur. Lelaki itu menyampaikan maksud hatinya. Si wanita itu pun menyahut “Lihatlah apakah orang-orang telah tidur semuanya?” Dengan demikian lelaki itu mengira bahawa maksud hatinya hendak dikabulkan. Dia mengelilingi kawasan itu dan melihat-melihat sejenak. Setelah jelas orang-orang telah tertidur, segera dia menghampiri wanita itu seraya berkata: “Benar semua orang telah tidur.” Lalu wanita itu bertanya: “Bagaimanakah pendapatmu dengan Allah?” “Apakah saat ini Dia juga tidur?” Lelaki itu menjawab : “sesungguhnya Allah tidak pernah tidur.” Wanita itu lalu berkata lagi : “Sesungguhnya Zat yang tidak pernah tidur akan melihat kita meskipun manusia sedang tidur lelap tidak melihat kita. Oleh kerananya Dia lebih berhak kita takuti.” Dengan segera lelaki itu meninggalkan perempuan tersebut dengan penuh keinsafan dan kerana dia takut kepada Allah. Dia pulang ke rumahnya dan bertaubat. Setelah dia meninggal dunia ada seorang bermimpi bertemu dengannya. Lalu ditanya : “ Apakah yang dilakukan oleh Allah kepadamu?” Lelaki itu menjawab: “ Allah telah mengampuniku kerana ketakutanku dan meninggalkan dosa itu.”

Akhir kalam , akan ana ceritakan sebuah lagi kisah, yang terdapat dalam kitab Zahrir Riyadh untuk kita renungkan bersama dan untuk kita sedari betapa bernilainya air mata..

Dirawikan dari Nabi s.a.w, sesungguhnya beliau bersabda: “Ketika telah masuk ahli syurga, mereka disambut oleh para malaikat dengan segala kebaikan dan kenikmatan. Dipersilakan untuk mereka singgahsana berpermaidani indah. Disajikan untuk mereka segala rupa makanan dan minuman yang lazat. Oleh itu mereka menjadi kehairanan. Kemudian Allah berfirman : “Wahai hamba-hambaKu mengapakah engkau hairan? Ini bukan tempat untuk merasa hairan.” Mereka menjawab, “Janji untuk kami telah tiba waktunya.” Kemudian Allah berfirman kepada malaikat, “bukalah tabir daripada muka mereka. Malaikat menjawab , “Wahai Tuhanku bagaimana dapat melihat Engkau? Sedangkan mereka itu derhaka.” Allah berfirman lagi, “bukakan tabir! Sesungguhnya mereka telah berzikir, bersujud dan menangis di dunia kerana ingin berjumpa denganKu.” Lalu malaikat membukakan tabir. Sehingga mereka dapat melihat. Maka segera mereka bersujud kepada Allah . Tetapi Allah berfirman : “angkatlah kepalamu. Ini bukan tempat beramal. Melainkan tempat keramat (kemuliaan )." Kemudian mereka nampak Allah dengan tanpa kaifiyah. Dia berkata kepada mereka : “Salam sejahtera bagi engkau wahai hamba-hambaKu. Aku redha kepadamu .Apakah engkau telah redha kepadaKu?” Mereka menjawab: “Bagaimana kami tidak rela wahai Tuhan kami . Engkau telah memberi kami sesuatu yang belum pernah terlihat oleh mata, belum pernah terdengar oleh telinga bahkan belum pernah terlintas dalam hati manusia.”

Inilah yang dimaksudkan firman Allah:
“ Allah redha kepada mereka dan mereka pun redha kepadaNya” (al baiyinah : 8)

Dan Firman Allah :
“(Dan ucapan) selamat perkataan daripada Tuhan yang Pengasih” (Yaasin : 58)

Seusai ku baca kisah ini, menitis airmataku, memikirkan dosa yang terus menerus dilakukan..dan yang paling mengetuk hati, betapa Allah itu sempurna dengan sifatnya yang Maha Pengasih..bertambah-tambah sayu di hatiku bila memikirkan betapa Allah berlemah lembut dengan hambaNya..sungguh Dia sempurna dengan segala-galanya..dan sungguh dia lebih mengasihi mereka yang mengasihinya..

Firman Allah s.w.t di dalam hadis qudsi :
“AKu adalah mengikut prasangka baik hambaKu terhadapKu. Aku bersamanya apabila dia menyebut Aku. Jika dia menyebutKu dalam dirinya Aku menyebutnya dalam diriKu . Jika dia menyebutKu di hadapan kumpulan orang ramai maka Aku menyebutnya di hadapan kumpulan orang ramai yang lebih baik darinya. Jika dia mendekatkan diri kepadaKu sejengkal, Aku akan mendekatkan kepadanya sehasta, jika dia mendekatkan diri kepadaKu sehasta , Aku mendekatkan kepadanya sedepa. Jika dia datang kepadaKu berjalan Aku datang kepadanya berlari”

Oleh itu usahlah gugurkan air matamu bukan pada yang hak..Ia sungguh merugikan..Ingatlah, masih banyak dosa yang perlu kita tangisi. Sesunggunya tidak ada seorang pun yang pasti di manakah pengakhirannya.. syurga atau neraka.. semakin seseorang itu merasakan yang dia sangat baik dan tidak berdosa, orang itulah yang harus banyak bertaubat..

~::*Ya Allah… Lemahnya diri ini.. Kami pohon kekuatan daripadaMu. Tuntunilah langkah kami Biar hanya mampu merangkak, itu pasti lebih baik Daripada terus rebah dalam kaku. Berikan kami peluang Merentasi jalan yang Engkau redhai. Ampunilah kekhilafan semalam Atas kejahilan kami mengenal makna Kasih sayangMu... Ya Rabbal’alamin

Minggu, 13 Maret 2011

♥♥BERBAHAGIALAH♥♥

Iman itu menghilangkan kegelisahan dan menghapuskan kesedihan. Ia a...dalah teman orang-orang yang bertauhid dan penghibur bagi orang-orang yang beribadah.


Apa yang telah lewat tidak akan kembali; apa yang telah hilang berarti mati; maka janganlah memikirkan yang telah hilang karena dia telah mati dan lenyap.

Bersikaplah ridha terhadap takdir. Zikir akan mewujudkan hati yang tenang, melenyapkan kesedihan, menghidupkan hati dan menghapuskan dosa..

Jangan tunggu ucapan terimakasih dari seseorang, Cukuplah dari Allaah balasannya… Jangan kecewa ketika menemukan orang yang tak kenal balas budi, dengki dan hasad.

JIKA engkau berada di pagi hari , maka JANGAN tunggu hingga sore hari. HIDUPLAH DALAM BATASAN HARI ITU, , fokuskan konsentrasi anda untuk memperbaiki kondisi anda pada hari itu. Tinggalkanlah masa depan hingga dia datang. Jangan pikirkan hari esok karena JIKA ANDA MEMPERBAIKI HARI INI NISCAYA HARI ESOK AKAN LEBIH BAIK .

PERBARUILAH HIDUP INI, VARIASIKANLAH cara-cara hidup anda dan UBAHLAH RUTINITAS yang anda jalani sehari-hari. BERSYUKURLAH kepada Rabbmu atas nikmat agama, akal, kesehatan, nama baik, pendengaran, penglihatan, rezeki, keturunan dan lainnya.

HIDUPLAH dengan Al-Quran dengan menghafalnya, mempelajarinya dan memahaminya karena Al-Quran adalah obat paling manjur untuk menghilangkan kesedihan dan kegelisahan.

MAAFKANLAH orang yang menzalimimu, SAMBUNGLAH tali silaturahim orang yang memutuskan silaturahim denganmu, BERILAH orang yang tidak pernah memberimu dan BERSIKAP LEMBUTLAH pada orang yang berbuat buruk pada anda , niscaya anda akan dapatkan kebahagiaan dan keamanan. PERBANYAKLAH ISTIGFAR , karena bersama istigfar terdapat rezeki, jalan keluar, keturunan, ilmu yang bermanfaat, dimudahkannya urusan dan dihapuskannya dosa-dosa.

MERASA PUASLAH dengan bentuk tubuh anda, potensi anda, keluarga anda dan rumah anda, niscaya anda akan memperoleh kedamaian dan kebahagiaan. Bahwa sesungguhnya bersama kesulitan itu terdapat kemudahan dan jalan keluar akan datang setelah kesempitan.

BERSIKAPLAH OPTIMIS dan JANGAN PUTUS ASA . BERBAIK SANGKALAH pada Rabb-Mu serta berharaplah segala kebaikan dan keindahan dari-Nya. BERGEMBIRALAH dengan pilihan ALLAAH bagimu, karena itu pastilah YANG TERBAIK .
Musibah akan MENDEKATKAN kita kepada Allah, mengajarkan untuk berdoa, menghilangkan kesombongan, ujub dan kebanggaan.

BERBUAT BAIKLAH kepada orang lain, BERIKANLAH kebaikan-kebaikan pada orang yang membutuhkan bantuan, orang sakit, orang miskin dan anak yatim. JAUHILAH berburuk sangka, BUANGLAH kesedihan dan imajinasi buruk serta pemikiran-pemikiran yang sakit.

KETAHUILAH bahwa KESULITAN-KESULITAN akan membuka pendengaran, penglihatan, menghidupkan hati, menundukkan nafsu, membuat ingat hamba dan menambahkan pahala.

KEBANYAKAN yang ditakuti itu tidak terjadi, kebanyakan dari kesulitan yang pernah didengar tidak terbukti, kepada Allaahlah terdapat segala kecukupan
Dialah yang menjaga dan tempat kita minta tolong.

Hati- hatilah jangan sampai berbuat dosa, karena dosa adalah sumber kegelisahan dan kesedihan, dosa menjadi sebab segala bencana, musibah dan problem.
Melepaskan pandangan kepada yang haram akan menumbuhkan kegelisahan, kesedihan dan luka dalam hati. Sedangkan orang yang bahagia adalah orang yang menundukkan pandangannya dan takut terhadap Rabbnya.

Pikirkanlah RAHMAT ALLAAH Subhanahu wa Ta'ala yang maha pengasih, Dia mengampuni pelacur yang memberi minum seekor anjing, memberikan tobat kepada orang yang telah membunuh seratus orang, MENGEMBANGKAN TANGAN-NYA untuk mengampuni orang-orang yang BERTAUBAT dan mengajak orang-orang nasrani untuk bertaubat.

Jika anda ingin BERBAHAGIA BERSAMA ORANG LAIN , perlakukanlah mereka sesuai dengan apa yang ANDA INGINKAN ATAS PERLAKUAN MEREKA , jangan kritik milik mereka serta jangan rendahkan kedudukan mereka.

Kebahagiaan TIDAK TERLETAK pada kedudukan, keturunan ataupun harta, namun terletak pada agama, ilmu pengetahuan, adab dan meraih cita-cita.

MEMBERI MAAF adalah lebih lezat daripada MEMBALAS DENDAM , BEKERJA itu lebih nikmat daripada menganggur, QANAAH itu lebih besar dari harta , dan KESEHATAN itu lebih baik dari KEKAYAAN .

Orang yang tidak berbahagia dirumahnya tidak akan berbahagia di tempat lain, orang yang tidak dicintai keluarga niscaya tidak akan dicintai siapapun. Orang yang menyia-nyiakan hari ini maka ia akan menyia-nyiakan hari esoknya.

JAUHILAH sifat cemas dan bimbang karena ia adalah racun . HINDARI sifat mudah menyerah karena ia berarti sifat kebinasaan. BUANGLAH jauh-jauh sifat malas karena ia menjerumuskan pada kegagalan. HiNDARI sikap TIDAK KONSISTEN baik dalam berkata maupun berbuat karena sesungguhnya ia bersumber dari RENDAHNYA MANAJEMEN DIRI .

KEJUJURAN membawa kepada KETENANGAN , DUSTA membawa KEGELISAHAN . Perasaan malu adalah perisai hidup, ilmu adalah pembeda, kefasihan berbicara adalah perhiasan dan sikap diam adalah hikmah dan kebijaksanaan.

TIGA TEMAN YANG HARUS DIMILIKI : KEGEMBIRAAN, KETENANGAN, dan SEMANGAT YANG TINGGI . TIGA MUSUH YANG HARUS DIJJAUHI : yaitu SIFAT PESIMIS, BIMBANG dan PUTUS ASA .

Tidak ada yang lebih MENYADARKAN selain KUBURAN , tidak ada yang lebih MEMBAWA SIAL daripada melakukan MAKSIAT , Tidak ada sikap hidup yang lebih MULIA daripada ZUHUD dan tidak ada yang memberi KEPUASAN kecuali sikap QANAAH .

“DIALAH YANG MENGHILANGKAN BALA , MENGAMPUNI DOSA , MEMBERI REZEKI, MENYEMBUHKAN PENYAKIT, MENYELAMATKAN DARI BENCANA , MEMBEBASKAN DARI KETERIKATAN DAN MEMBALUT LUKA YANG TERANIAYA. BERMUNAJATLAH KEPADA ALLAAH SUBHANAHU WA TA'ALA, NISCAYA DIA AKAN MEMENUHINYA. KEMUKAKANLAH SEGALA KEBUTUHAN KEPADA-NYA. UTARAKANLAH SEGALA KEINGINANMU DI HADAPAN-nYA , MINTALAH REZEKIMU dan ADUKANLAH KEADAANMU "

BERDOALAH KEPADA-KU , NISCAYA AKAN AKU PERKENANKAN BAGIMU (AL-mukmin 60)

"UMATKU ADALAH UMAT YANG DIRAHMATI " (HR Ahmad)

KEMULIAAN TIDAK BISA DIUKUR dengan keturunan , gelar atau tingkat pendidikan. Tetapi orang yang memiliki usaha keras, ketabahan, keaktifan dan kesabaranlah yang akan dapat meraih KEMULIAAN . Orang yang tidak berbahagia berada dirumah maka tidak akan bahagia di tempat lain. Ketahuilah sesungguhnya sebaik-baik tempat untuk menentramkan diri ,menenangkan pikiran dan menjauhkan dari beban hidup adalah rumah. BAITI JANNATI .

Hati-hatilah bergaul dengan orang yang suka bersikap PESIMIS karena ketika engkau perlihatkan sekuntum bunga yang indah padanya maka yang ia lihat hanya duri-durinya.Ketika engkau bawakan segelas air padanya , maka yang ia lihat hanya kotoran didalamnya. Demikian juga ketika engkau memuji kebaikan/ manfaat matahari dihadapannya maka yang ia rasakan hanya panasnya.

KESALAHAN KITA kita hanya merasa gelisah dan TAKUT KEPADA SELAIN ALLAAH , bahkan hampir sebagian kehidupan diisi dengan ketakutan. Kita takut dan cemas akan terlambat, takut akan tersalah, takut akan terburu2, takut tidak makan, takut dimarahi dsb.

Tidak ada tutup kecuali suatu saat akan terbuka, tidak ada ikatan kecuali suatu saat akan terlepas. Tidak ada sesuatu yang jauh kecuali akan mendekat. Tidak ada yang hilang kecuali akan ditemukan. Tetapi ingatlah semua itu membutuhkan proses dan waktu. Kegagalanmu dalam meraih suatu kesuksesan di satu tempat akan engkau temukan gantinya ditempat lain dan hal tersebut akan dipandang sebagai sesuatu yang bernilai dan bermanfaat dimata orang lain.

Diatas segalanya hanya orang- orang yang bertakwalah yang benar-benar akan berbahagia.

SELAMAT BERBAHAGIA......
(Dr. Aidh Al-Qarni)

Sabtu, 12 Maret 2011

laa tahzan!!!!!!!

Hati tenang, bahagia, dan hilangnya kegundahan adalah dambaan setiap insan.
Insan yang berakal menurut Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa’di Rahimahullah dalam bukunya, al-Wasaailu al-Mufaidah lil Hayatatis Sa’idah mengetahui bahwa kehidupan yang sebenarnya adalah kehidupan yang ia jalani dengan bahagia dan tenang. Kehidupan ini pendek sekali, lanjut Syaikh AAS-Sa’di, maka tak sepantasnya memperpendek dengan kesedihan dan larut dalam kesusahan.
Jika seorang hamba ditimpa musibah atau takut akan sebuah musibah hendaklah membandingkan antara nikmat-nikmat yang ia dapatkan, baik dalam urusan agama atau dunia dengan musibah yang menimpanya. Dengan membnandingkan akan jelas baginya betapa banyak nikmat yang dia dapatkan dan tertutupilah musibah yang menimpanya.
Selanjutnya Syaikh as-Sa’di menyarankan, hendakhnya juga membandingkan antara kemungkinan bahaya yang akan menimpanya dengan banyaknya kemungkinan akan dapat selamat darinya. Jangan sampai kemungkinan yang lemah dapat mengalahkan kemungkinan-kemungkinan kuat dan banyak. Dengan demikian, akan hilanglah kesedihan dan perasaan takutnya.
Juga memperkirakan hal paling besar yang dapat menimpanya, kemudian menyiapkan mental untuk menghadapi bila memang terjadi, berusaha mencegah apa-apa yang masih belum terjadi dan menghilangkan atau paling tidak meminimalisir musibah yang sudah terjadi.
Bila Tak Kesampaian
Bila seseorang dihadapkan dengan ketakutan , sakit, kekurangan atau tidak tercapai keinginannya, hendaklah dihadapi dengan tenang dan kesiapan mental, bahkan dia harus siap menghadapikeadaan yang lebih berat sekalipun, sebab, kesiapan mental dalam menghadapi musibah akan mengecilkan musibah tersebut dan menghilangkan bobotnya. Terutama bila dia berusaha melawan sesuai kemampuan, sehingga dapat memadukan antara kesiapan mental dan usaha maksimal yang dapat mengalihkan perhatian dari musibah yang akan dating. Dan yang lebih penting lagi adalah selalu memperbarui kekuatan menghadapi musibah disertai dengan tawakkal dan yakin kepada Allah Subhaanahu wa Ta’Ala.
Jika hati bersandar kepada Allah Subhaanahu wa Ta’Ala, bertawakal kepada-Nya, tidak menyerahkan pada prasangka-prasangka buruk juga tidak dikuasai khayalan-khayalan negative, yakin serta sungguh-sungguh berharap atas karunia Allah Subhaanahu wa Ta’Ala, maka akan terusirlah perasaan sedih dan hilanglah berbagai macam penyakit fisik dan jiwa.
Akan dicukupkan
Hati bisa mendapatkan kekuatan, kelapangan dan kebahagiaan yang tak bisa diungkapkan. Banyak rumah sakit yang penuh dengan pasien yag sakit karena prasangka-prasangka buruk dan khayalan-khayalan menyesatkan. Banyak orang yang kuat hatinya tapi masih terpengaruh dengan hal tersebut, apalagi orang yang memang kemah hatinya. Dan betapa sering hal tersebut menyebabkan kedunguan dan kegilaan, kata Syaikh as-Sa’di. Orang yang sehat dan selamat adalah yang diselamatkan oleh Allah Subhaanahu wa Ta’Ala dan diberi-Nya taufik untuk berusaha mendapatkan faktor-faktor yang bias menguatkan hatinya dan mengusi kegelisahannya.
“Dan barangsiapa yang bertawakal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkannya”. (Ath-Thalaq: 3).
Artinya Allah Subhaanahu wa Ta’Ala akan mencukupkan untuknya semua apa yang dia butuhkan dari urusan agama dan dunianya.
Maka orang yang bertawakal kepada Allah Subhaanahu wa Ta’Ala, hatinya kuat. Tidak dapat dipengaruhi prasangka-prasangka buruk, tidak dapat digoncang oleh peristiwa-peristiwa yang terjadi, sebab dia tahu hal itu termasuk indikasi lemahnya jiwa dan perasaan takut yang tidak beralasan. Dia tahu, Allah Subhaanahu wa Ta’Ala akan menjamin sepenuhnya orang yang bertawakal kepada-Nya, dia yakin kepada Allah Subhaanahu wa Ta’Ala dan tenang karena percaya akan janji-Nya. Dengan demikian, hilanglah duka dan gelisah. Kesulitan berubah menjadi kemudahan, kesedihan menjadi kegembiraan dan perasaan takut menjadi keimanan.

Awas! Engkau Sedang Diawasi

Malam telah melabuhkan tirainya. Separuh malam yang pertama telah berlalu. Sementara aku masih berguling-guling di atas kasurku yang empuk setelah bekerja seharian yang melelahkan. Tiba-tiba terlintaslah bisikan di dalam diriku, sebuah suara menyentakkan dari lubuk hatiku yang dalam… Awas, engkau sedang diawasi!


Jelasnya suara itu mengagetkanku. Aku habiskan waktu di atas pembaringan untuk berbagai fikiran. Akupun bingung dan bimbang. Aku berusaha untuk memegangi tali temali tidur yang lemah. Aku berbalik tidur pada sisi tubuh yang lain, tapi tiba-tiba bisikan-bisikan hati terlintas silih berganti. Suara hati menyeruak di malam yang gelap gulita, "Engkau sedang diawasi." Akupun memutar ulang kaset kehidupanku secara seksama. Aku perhatikan hidupku yang kemarin, ternyata aku dapati diriku tidak melakukan kegiatan apapun yang mengisyaratkan kebimbangan dan keraguan. Akupun bukan termasuk orang yang berhak untuk dimata-matai.
Aku melihat lembaran-lembaran kehidupanku pada hari itu dengan detil. Akupun memperhatikannya dengan seksama. Ternyata kehidupanku pada hari itu hanyalah sebuah majelis tempat aku berkumpul dengan istri, kemudian bersama kawan-kawan di sore hari yang tidak menghasilkan apa-apa untuk berbagai urusan yang layak membuatku di bawah pengawasan!!
Akupun kembali pada lembaran kehidupanku pada setahun yang lalu. Ternyata aku dapati diriku termasuk rakyat jelata, yang tidak memiliki apa-apa. Seluruh perhatianku tercurah untuk penghidupanku, berbagai urusan, dan mencari sesuap nasi untuk menyambung hidup. Akupun membalik lembar-lembar kehidupanku pada tahun-tahun yang telah lalu hingga sampai pada masa perkuliahanku di perguruan tinggi. Akupun dihinggapi keraguan, barangkali aku berucap dan berbicara.
Malamku semakin panjang dengan memutar ulang perjalanan hidupku yang panjang. Tidurpun telah terkalahkan, rasa kantuk jadi hilang, hingga pergumulan itu berakhir sesaat menjelang fajar. Akupun tertidur dengan tidur yang tidak tenang. Aku mulai melihat mimpi yang datang silih berganti dalam alam khayalku. Akhirnya, aku dalam keadaan terikat di sebuah kamar asing di bawah interogasi. Tubuhku merasakan sebagian pengaruh (siksaan)nya. Akupun tersadar dengan tiba-tiba oleh suara sang algojo yang menghentakkan, "Mengakulah!"
Aku melemparkan selimutku, kemudian meloncat dari pembaringan dan berdiri di atas kedua kakiku. Aku rasakan tubuhku, dan kuperhatikan tempat dimana sekarang aku berada. Ternyata aku berada di dalam kamarku, sementara kedua tanganku bebas, tidak ada bekas rantai dan belenggu! Diam, dengarkan…! Ternyata ketenangan menyelimuti tempatku dengan cahaya tersembunyi yang mengajak untuk tidur kembali, akan tetapi suara hati terus menemaniku hingga subuh, "Engkau sedang diawasi!"
Aku bangun dengan segera. Memutar kunci mobil dan bertolak di antara ratusan kelompok manusia yang menuju ke pekerjaan mereka. Akupun melaju di jalan terdekat sebagaimana kebiasaanku. Saat lampu merah menghentikanku, aku perhatikan warnanya ternyata warna tersebut melihatku dengan pandangan kebencian, penipuan dan pandangan aneh… Hati-hati terhadap orang yang berada di belakangmu, serta lihat orang yang berada di sebelah kananmu! Akupun memperhatikan berbagai mobil yang bermacam-macam, akan tetapi salah satu di antara mereka tegak di tempat duduknya saat melihat diriku… Tiba-tiba suara hatiku berdering memberikan peringatan, "Awas, jangan-jangan dia… Engkau diawasi!"
Aku masuk ke kantorku. Kuucapkan salam kepada kawan-kawan dan mereka mengangkat suara mereka tidak seperti biasanya. Tidakkah engkau mendengar artis Fulanah yang menakjubkan? Yang memiliki lirik indah, suara merdu dan goyang aduhai? Jawabanku saat itu hanyalah dengan kebingungan. Kemudian salah seorang di antara mereka mengeraskan suara siaran berita luar negeri. Tiba-tiba aku membuka mulut dengan kebingungan, sementara dia menanyai pendapatku tentang siaran itu. Berhamburanlah berbagai kalimat melaui lisanku. Aku berusaha untuk mengumpulkannya dengan segenap kekuatan agar keseimbanganku kembali. Akan tetapi jawabanku tergagap, aku merasa salah seorang di antara mereka memegang ujung lidahku dan menahannya dengan kuat, "Awas, hati-hati… engkau sedang diawasi!"
Satu kalimat akan dihitung atasmu. Bisa jadi akan melemparkanmu ke dalam kegelapan berbulan-bulan atau bertahun-tahun. Sementara sang algojo menunggu di sana. Maka berhati-hatilah, dan berhati-hatilah!
Haripun berlalu dalam keadaan cemas dan gundah. Saat aku menghempaskan diriku di atas kursi rumah, istriku memperhatikan apa yang telah menimpaku karena kegoncanganku. Maka diapun mengisyaratkan agar kami berekreasi ke tempat pariwisata terdekat. Tidak seperti biasanya, aku mengabulkannya dengan senang hati, karena berkeinginan untuk melarikan diri dari apa yang menimpaku. Belum lagi kami menikmati perjalanan di kebun yang hijau dan taman yang rindang tersebut, tampaklah dari kejauhan sebuah khayalan mulai tampak sedikit demi sedikit. Ternyata mobil putih yang telah kulihat sebelumnya. Hingga tatkala mereka telah dekat, dengan melemparkan pandangan, mereka menyeru untuk mendirikan kemah bersebelahan dengan kami. Suara hatiku berteriak lagi, "Bukankah sudah kukatakan bahwa engkau sedang diawasi? Inilah mereka, telah mempersiapkan cara untuk memburumu!"
Di jalan pulang, aku tergesa-gesa memutar tombol radio dengan penuh harap mendengar sesuatu yang bisa menghilangkan awan pada hari kesedihanku. Ternyata berita seorang pembunuh yang datang dari seberang lautan. Dia telah membunuh sepuluh orang, setelah penyelidikan panjang oleh petugas keamanan. Aku merasakan tetesan-tetesan keringat memenuhi dahiku dengan deras. Aku diam untuk mendengarkan berita yang tersisa. Ternyata sebuah kejadian di atas gunung berapi, berupa letusan dan ledakan. Suara ledakan mengejutkanku, "Bisa jadi engkau dituduh telah merencanakan peledakan dan ikut serta di dalamnya."
Pada terminal terdekat yang ada di atas jalan darat aku berhenti untuk meneguk tetesan air dingin yang menghilangkan dahaga. Ternyata penjual mengisyaratkan kepadaku bahwa air dingin itu ada di kulkas di depan sana. Ternyata ada orang duduk menutupi wajahnya dengan koran lama yang telah terbit sejak beberapa bulan. Dia terus mencuri pandang kepadaku dengan kedua mata menguning dan sayu karena bergadang dan kelelahan. Kukatakan: "Ini adalah salah satu dari mereka…" Aku meneguk air dengan rasa seakan-akan terasa seperti buah maja atau yang lebih pahit lagi.
Aku masuk ke dalam rumah dalam keadaan bingung, serta pikiran yang kacau. Aku ambil gagang telepon untuk berbicara dengan saudaraku tentang apa yang terjadi padaku serta kemungkinan penahanan diriku pada waktu yang dekat. Akan tetapi kukembalikan gagang telepon, aku kembali mengingat kejadian di tempat duduk tadi. Telpon telah disadap. Aku bersumpah untuk tidak akan berbicara melalui telepon hingga kecemasan dan kegelisahan ini hilang. Aku ingat suara-suara dan berisik di telpon yang kudengar sore kemarin. Maka aku yakin bahwa itu dari penyadap suara. Akupun bersumpah bahwa aku sedang diawasi dengan detil. Tidak ada jalan untuk bisa melarikan diri dan menyelamatkan diri.
Waktu-waktupun berjalan memanjang sementara aku berada di antara angan-angan dan kenyataan. Mulai tumbuhlah beberapa helai rambut putih yang muncul membelah kepalaku. Aku menyangka bahwa rambut tersebut timbul karena hari-hari itu. Untuk bisa selamat dari hitamnya kehidupan dunia dan kegelapannya, aku putuskan untuk pergi ke tempat yang aman. Aku bertanya-tanya dengan penuh kedukaan, "Di manakah tempat yang aman dari pengawasan yang super ketat seperti ini?" Saat itulah datang jawaban dari jari-jemari kuat yang mengetuk kepalaku, "Sadarlah, bangunlah dari tidurmu, seluruh umat sedang diawasi, bukan hanya kamu seorang!" Dengan begitu tidak tersisa bagiku satu daerahpun yang aman kecuali naungan yang indah itu!!
Aku berwudhu. Kuhilangkan beban kantuk, dan awan kegelisahan yang mematikan dengan tetesan air dingin nan suci yang sudah lama kutinggalkan karena lalai dan bodoh. Kupercepat langkahku menuju masjid. Ternyata pengawasan dan perhitungan ketat adalah pada firman-Nya yang artinya:
"Tiada suatu ucapanpun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat Pengawas yang selalu hadir." (QS Qaf: 18)
Ternyata catatan-catatan panjang, yang didalamnya telah terhitung amalan sekecil apapun, meskipun hanya seberat biji zarrah (debu yang terkecil):
"Barangsiapa yang megerjakan kebaikan seberat zarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula." (QS az-Zalzalah: 7-8)
Ternyata berisikan keterangan-keterangan yang tidak mungkin tersembunyikan:
"Dia mengetahui (pandangan) mata yang khianat dan apa yang disembunyikan oleh hati."(QS Ghafir: 19)
Sebuah akhir kepastianpun menggetarkanku:
"Segolongan masuk surga dan segolongan masuk Jahannam." (QS Asy-Syura:7)
Akupun tersadar dari kelalaianku. Pengawasan tersebut tidak hanya lahir beberapa minggu yang lalu, bahkan telah ada semenjak awal usia, sejak aku meneriakkan tangisan pertama, dan semenjak aku menapakkan kakiku ke tanah. Sebuah pengawasan panjang, yang terus berlangsung, tidak akan menyerah dan bosan hingga aku diletakkan di kuburanku. Sebuah pengawasan yang menakjubkan, di dalamnya dihitung segenap ucapan dan perbuatan, bahkan bisikan-bisikan hati dan getaran-getaran dada.
"Dan sesungguhnya kami telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatinya." (QS Qaff: 50)
Suara-suara itupun diam. Aku keluar dari dalam masjid dengan langkah yang mantap dan tenang di dalam jiwa, hati yang berbahagia dengan penuh merenungi alam raya dan keagungan Penciptanya. Aku mengetahui bahwa aku senantiasa diawasi, dan aku yakin bahwa aku senantiasa diikuti hingga aku dibaringkan di dalam kuburanku. Kulemparkan pandanganku kepada mobil putih di sisi masjid yang dulu membuatku terkejut. Kubuka wajahku seraya kukatakan kepada diriku sendiri: "Di mana engkau wahai orang yang takut pengawasan penduduk dunia?" Itu adalah mimpi tidur, tumpukan laporan, dan rentetan riwayat, dan kau lupakan pengawasan Dzat Yang Maha Tahu Lagi Maha Meliputi."
Cahaya imanpun bersinar di lubuk hatiku. Kuulang-ulang kalimat indah yang dulu kutakuti pada masa yang panjang. Sekarang telah menjadi kekasih hati, penghibur kesepian, dan penyinar jalan hidupku…. Hati-hati, engkau sedang diawasi!

Dia Mencium Bau Surga

Di dalam sebuah hadits yang bersumber dari Abu Hurairah rhodiyallaahu ‘anhu, Rasululllah shollallaahu ‘alaihi wasallam pernah bersabda, “ Ada tujuh golongan orang yang mendapat naungan Allah pada hari tiada naungan selain dari naunganNya… diantaranya, seorang pemuda yang tumbuh dalam melakukan ketaatan kepada Allah.”
Dan di dalam sebuah hadits shohih yang berasal dari Anas bin an-Nadhr rhodiyallaahu ‘anhu, ketika perang Uhud ia berkata,”Wah …. angin surga, sunguh aku telah mencium wangi surga yang berasal dari balik gunung Uhud.”
 Seorang Doktor bercerita kepadaku, “ Pihak rumah sakit menghubungiku dan memberitahukan bahwa ada seorang pasien dalam keadaaan kritis sedang dirawat. Ketika aku sampai, ternyata pasien tersebut adalah seorang pemuda yang sudah meninggal – semoga Allah merahmatinya -. Lantas bagaimana detail kisah wafatnya. Setiap hari puluhan bahkan ribuan orang meninggal. Namun bagaimana keadaan mereka ketika wafat? Dan bagaimana pula dengan akhir hidupnya? 
Pemuda ini terkena peluru nyasar, dengan segera kedua orang tuanya –semoga Allah membalas segala kebaikan mereka- melarikannya ke rumah sakit militer di Riyadh.
Di tengah perjalanan, pemuda itu menoleh kepada ibu bapaknya dan sempat berbicara. Tetapi apa yang ia katakan? Apakah ia menjerit dan mengerang sakit? Atau menyuruh agar segera sampai ke rumah sakit? Ataukah ia marah dan jengkel ? Atau apa?           
            Orang tuanya mengisahkan bahwa anaknya tersebut mengatakan kepada mereka,
‘Jangan khawatir! Saya akan meninggal … tenanglah … sesungguhnya aku mencium wangi surga.!’ Tidak hanya sampai di sini saja, bahkan ia mengulang-ulang kalimat tersebut di hadapan para dokter yang sedang merawat. Meskipun mereka berusaha berulang-ulang untuk menyelamatkannya, ia berkata kepada mereka, ‘Wahai saudara-saudara, aku akan mati, maka janganlah kalian menyusahkan diri sendiri… karena sekarang aku mencium wangi surga.’
 
            Kemudian ia meminta kedua orang tuanya agar mendekat lalu mencium keduanya dan meminta maaf atas segala kesalahannya. Kemudian ia mengucapkan salam kepada saudara-saudaranya dan mengucapkan dua kalimat syahadat, ‘Asyhadu alla ilaha illallah wa asyhadu anna Muhammadar rasulullah’ Ruhnya melayang kepada Sang Pencipta subhanahu wa ta’ala.
            Allahu Akbar … apa yang harus aku katakan dan apa yang harus aku komentari…Semua kalimat tidak mampu terucap … dan pena telah kering di tangan… Aku tidak kuasa kecuali hanya mengulang dan mengingat Firman Allah subhanahu wa ta’ala, “ Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh itu dalam kehidupan di dunia dan akhirat.” (Ibrahim : 27)
Tidak ada yang perlu dikomentari lagi.
            Ia melanjutkan kisahnya,
            “Mereka membawa jenazah pemuda tersebut untuk dimandikan.  Maka ia dimandikan oleh saudara Dhiya’ di tempat pemandian mayat yang ada di rumah sakit tersebut. Petugas itu melihat beberapa keanehan  yang terakhir. Sebagaimana yang telah ia ceritakan sesudah shalat Magrib pada hari yang sama.
 
  1. Ia melihat dahinya berkeringat. Dalam sebuah hadits shahih Rasulullaah Shallallaahu ‘alahi wasallam bersabda, “Sesungguhnya seorang mukmin meninggal dengan dahi berkeringat”. Ini merupakan tanda-tanda khusnul khatimah.
  2. Ia katakan tangan jenazahnya lunak demikian juga pada persendiannya seakan-akan dia belum mati. Masih mempunyai panas badan yang belum pernah ia jumpai sebelumnya semenjak ia bertugas memandikan mayat. Pada tubuh orang yang sudah meninggal itu (biasanya-red) dingin, kering dan kaku.
  3. Telapak tangan kanannya seperti seorang yang membaca tasyahud yang mengacungkan jari telunjuknya mengisyaratkan ketauhidan dan persaksiannya, sementara jari-jari yang lain ia genggam.
 
Subhanalllah … Sungguh indah kematian seperti itu. Kita memohon semoga Allah subhanahu wa ta’ala menganugrahkan kita khusnul khatimah.
Saudara-saudara tercinta … kisah belum selesai…
 
            Saudara Dhiya’ bertanya kepada salah seorang pamannya, apa yang ia lakukan semasa hidupnya? Tahukah anda apa jawabnya?
 
            Apakah anda kira ia menghabiskan malamnya dengan berjalan-jalan di jalan raya?
Atau duduk di depan televisi untuk menyaksikan hal-hal yang terlarang? Atau ia tidur pulas hingga terluput mengerjakan shalat? Atau sedang meneguk khamr, narkoba dan rokok? Menurut anda apa yang telah ia kerjakan? Mengapa ia dapatkan husnul khatimah (insyaAllah –red) yang aku yakin bahwa saudara pembaca pun mengidam-ngidamkann ya; meninggal dengan mencium wangi surga.
 
            Ayahnya berkata, “Ia selalu bangun dan melaksanakan shalat malam sesanggupnya. Ia juga membangunkan keluarga dan seisi rumah agar dapat melaksanakan shalat Shubuh berjama’ah. Ia gemar menghafal al-Qur’an dan termasuk salah seorang siswa yang berprestasi di SMU.”
 
Aku katakan, “Maha benar Allah” yang berfirman (yang artinya-red)
 
“Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: ‘Rabb kami ialah Allah’ kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka (dengan mengatakan): ‘Janganlah kamu takut dan janganlah kamu merasa sedih; dan bergembiralah kamu dengan  (memperoleh) surga yang telah dijanjikan Allah kepadamu.’ Kamilah pelindungmu dalam kehidupan dunia dan di akhirat; di dalamnya kamu memperoleh apa yang kamu inginkan dan memperoleh (pula) di dalamnya apa yang kamu minta. Sebagai hidangan (bagimu) dari (Rabb) Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Fhushilat:30- 32)
 
Diambil dari : Serial Kisah Teladan Karya Muhammad bin Shalih Al-Qahthani, sebagaimana yang dinukil dari Qishash wa ‘Ibar karya Doktor Khalid al-Jabir

Antara Mau Dan Kemauan

Saudaraku yang dimuliakan Allah, jika anda ingin makan karena lapar, cukupkan anda berdiam sambil menunggu ada orang yang datang membawakan makanan? Jika anda ingin memiliki penghasilan yang baik, cukupkah anda duduk di rumah menunggu ada orang yang datang membawakan pekerjaan? Jawabnya tentu tidak! Padahal anda yakin Allah Maha Pemberi rezki.

Kesimpulannya, jika anda ingin makan, maka anda akan tergerak untuk bangkit mencari jalan agar anda mendapatkan makanan, begitu pula jika anda ingin mendapatkan penghasilan. Itulah bedanya antara mau dan kemauan. Sekedar ingin makan berarti anda baru sampai pada tahap “mau”, dan itu tidak berarti apa-apa, dia baru akan bermanfaat jika “mau”-nya berubah menjadi “kemauan” yang berbentuk tindakan nyata untuk mewujudkannya.
Namun yang disayangkan – saudaraku -, “kemauan” tersebut baru kita miliki pada hal-hal yang bersifat duniawi seperti contoh di atas. Adapun hal-hal yang bersifat ukhrowi, sering “kemauan” kita hanya sebatas “mau” saja.
Jika ditanya kepada kaum muslimin, apakah mereka ingin menjadi orang shaleh? Maka semuanya akan menjawab: “Ya”. Namun banyak yang hanya sampai disitu, selebihnya tidak ada tindakan nyata yang dia lakukan untuk mewujudkannya. Dirinya tidak bergerak untuk menempuh sarana atau jalan yang dapat mengantarkan kesana. Pengajian tidak dihadiri, al-Qur’an dan buku-buku Islami tidak pernah dibaca, teman-teman yang shaleh justru dia benci.
Bahkan sebaliknya, jalan-jalan keburukanlah yang dia tempuh. Perkumpulan gosip menjadi hobinya, lagu dan musik menjadi temannya, tontonan dan bacaan porno selalu dicarinya dan berbagai bentuk kegiatan rusak, dialah pelanggannya.
Jika demikian halnya, akankah keinginan seorang muslim untuk menjadi orang saleh akan terwujud? Kata seorang penyair:
Anda ingin selamat, namun tidak anda tempuh jalannya
Sesungguhnya perahu tidak berjalan di daratan.

Orang yang sekedar “mau” umumnya bersifat pasif, mencari waktu luang, menunggu peluang, minta dipahami, dst. Sementara orang yang punya “kemauan”, umumnya bersifat aktif, meluangkan waktu, mencari peluang, berusaha memahami dan seterusnya.
Pada masa Rasulullah Shalallahu Alaihi wa Sallam, orang-orang munafik yang tidak ikut perang Tabuk mencari-cari alasan mengapa mereka tidak ikut perang, seolah-olah mereka juga sebenarnya ingin ikut berperang, namun Allah Ta’ala membantah argumen mereka:

“Dan jika mereka mau berangkat, tentulah mereka menyiapkan persiapan untuk keberangkatan itu” (QS At-Taubah: 46)

Saudaraku…
Sejak sekarang, rubahlah “MAU” kita menjadi “KEMAUAN”, dari kemauan menjadi tekad yang kuat untuk menjadi lebih baik.
Diambil dari buku Nasehat dari Hati ke Hati, Abdullah Haidir

Rabu, 09 Maret 2011

menangislah...........

Belum saatnyakah kita menangis di hadapan ALLAH?

Atau jangan-jangan, hati kita sudah teramat keras untuk tersentuh dengan kekuasaan ALLAH yang teramat jelas di hadapan kita.

Imam Ghazali pernah memberi nasihat,

"Jika seorang hamba ALLAH tidak lagi mudah menangis karena takut dengan kekuasaan ALLAH, justru menangislah karena ketidakmampuan itu".

Menagislah sekarang juga!!

Karena...

Orang yang sakit jiwa semakin membludak.

Mereka bangga berbuat dosa.

Mereka bangga mempertontonkan 'aib'.

Dan mereka bangga kalau perbuatan maksiat yang mereka lakukan dapat di konsumsi publik.



Menangislah sekarang juga!!

Karena....

Bekal kita untuk hidup di alam baqa sangatlah sedikit.

Dosa kita menggunung tinggi dan membuncah bagaikan ombak di lautan.

Sementara kita merasa bangga karena telah berbuat amal sholeh.
Menangislah sekarang juga!!

Karena....

Semua orang mati, kecuali orang yang berilmu.

Semua yang berilmu tidur, kecuali orang yang beramal.

Dan semua yang beramal sia-sia, kecuali orang yang beramal dengan ikhlas.
Itulah realitas kehidupan di dunia yang telah ALLAH tetapkan pada semua manusia tanpa terkecuali, dahulu, sekarang dan yang akan datang.

Apakah ia presiden, raja, rakyat jelata, kaya, miskin, berilmu, jahil, jendral, kopral, bangsa Asia, Eropa, Amerika, Timur, Barat, Kutub Utara dan Selatan, wanita maupun pria.

Ajal masing-masing sudah dibatasi, kendati angan-angannya jauh melebihi ajalnya.
Sebab-sebab kematiannyapun beragam, setiap saat mengintai dan siap menerkamnya.

Sampai-sampai Rasulullah mengibaratkan sebab-sebab tersebut dengan binatang-binatang buas yang setiap saat siap menerkamnya.
Kendati demikian, manusia sering melupakan ajal (batas jatah hidup di dunia) yang pasti itu.

Karena tergiur kepentingan-kepentingan duniawi yang serba tidak pasti dan menipu.

Persis seperti tergiurnya para penjudi yang setiap saat mengharapkan keberuntungan.
ALLAH berfirman dalam surah Al-Mu’minun (23): 114, 115, 116 :

"Kamu tidak tinggal (di bumi) melainkan sebentar saja, kalau kamu sesungguhnya mengetahui. Maka apakah kamu mengira, bahwa sesungguhnya Kami menciptakan kamu secara main-main (saja), dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami? Maka Maha Tinggi ALLAH, Raja yang Sebenarnya; tidak ada Rabb selain DIA, Rabb (yang mempunyai) 'Arsy yang Mulia."
Dengan menangis membuat kita menjadi lebih lega setelah mengalami proses kehidupan.

Dengan menangis membuat kita menjadi tabah.

Dan dengan menangis membuat kita menjadi sadar bahwa semuanya telah terjadi, dan kita harus tabah menerima semuanya.

Namun....

Tetaplah semangat menghadapi kehidupan.

Biarlah airmata mengalir sesaat dan kemudian tergantikan dengan semangat.

Untuk melanjutkan sebuah cita-cita peradaban dan kemenangan.

Di jalan yang lurus demi menggapai ridha ALLAH Subhaanahu wa ta'ala.